Membangun Masyarakat yang Demokratis, Cita-Cita Gusdur yang Diwujudkan melalui Wahid Institute



800px-November_14_2014_PANTAU_Sosialisasi_MPantau_KBB-400x251.jpg

Wahid Institute (WI) yang berdiri pada 7 September 2004 adalah lembaga yang bertujuan untuk mewujudkan cita cita Gusdur (Abdurrahman Wahid) dalam membangun masyarakat yang demokratis dan menghargai perbedaan. Awalnya, para pendiri WI yang terdiri dari Gusdur, Yenny Wahid, Gregorius James Barton dan Ahmad Suaedy ini membentuk terlebih dahulu www.gusdur.net untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran Gusdur kepada publik.

Gamal Ferdhi yang bergabung dengan WI sejak tahun 2004 mengatakan, di tahun 2015 WI memiliki program advokasi kebijakan publik dan minoritas serta pemantauan isu keagamaan. Dalam hal advokasi, WI mendorong pemerintah daerah untuk menghilangkan praktik diskriminasi terhadap kaum minoritas. Misalnya dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk bagi masyarakat yang menganut kepercayaan tertentu (selain yang diakui oleh negara). “Secara undang-undang semua yang menganut agama dan kepercayaan apa pun harus dilayani”, tegas Gamal. Sementara itu, pemantauan isu keagamaan dilakukan di 13 provinsi yang sering terjadi pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam melaporkan pelanggaran ke nomor 0821 2000 1900.

Untuk mensosialisasikan nomor tersebut WI bekerja sama dengan Kantor Berita Radio (KBR). Nantinya, sosialisasi dilakukan melalui jaringan radio KBR di daerah yang rawan terjadi pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam bentuk iklan, bincang-bincang (talkshow) dan menempatan tautan situs pantaukbb ke portal KBR. Selain itu, WI juga melakukan sosialisasi ke Bekasi, Blora dan Kuningan yang dihadiri oleh penghayat kepercayaan (Sedulur Sikep, Sunda Wiwitan, Kepribaden Perjalanan), pemerintah (Kementerian Agama, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil) serta LSM.

Tags:

Hillun Vilayl Napis
18 Feb 2015


February 2015 | CC BY 4.0