Internet.org, Gratis tapi Kontroversial



internet.org_.jpg

Platform layanan internet gratis Internet.org yang dikembangkan oleh raksasa jejaring sosial Facebook diluncurkan di Indonesia April tahun ini. “Kami baru saja meluncurkan Internet.org! Selangkah maju untuk menghubungkan seluruh dunia,” demikian status CEO Facebook, Mark Zuckerberg, 16 April lalu.

Proyek ini dimulai sejak 2013 dan sudah diperkenalkan di negara-negara Afrika, Amerika, dan Asia, seperti Zambia, Tanzania, Kenya, Ghana, Kolombia, Guatemala, Filipina, dan India. Setelah dirilis di Indonesia, dalam waktu sebulan Internet.org juga dirilis di Bangladesh, Malawi, serta Pakistan. Total, platform ini sudah tersedia di 12 negara.

Dengan Internet.org, Zuckerberg yang memulai inisiatif ini berniat untuk menyediakan akses internet gratis bagi lebih banyak orang di negara berkembang. “Hanya 1 dari 3 orang yang mempunyai akses ke internet. Mengapa masih banyak orang yang belum terhubung?” Demikian bunyi pengantar di laman Internet.org.

Layanan ini berambisi menyediakan internet gratis untuk 2/3 orang di dunia. Di tiap negara, Facebook bekerja sama dengan provider telekomunikasi lokal. Di Indonesia, adalah Indosat yang menjadi partner penyedia layanan Internet.org.

Cara Menggunakan Internet gratis ini hanya bisa diakses dengan telepon seluler. Sebelumnya, Anda juga harus menggunakan kartu SIM keluaran Indosat, seperti IM3 atau Mentari.Ada dua cara mengaksesnya. Pertama, buka browser di telepon seluler Anda, kemudian ketikkan alamat Internet.org. Akan terbuka halaman yang berisi pertanyaan persetujuan. Setelah mengeklik lanjutkan, pengguna masuk ke halaman baru yang berisi daftar website yang bisa dikunjungi secara gratis. Terdapat 18 website yang bisa diakses lewat Internet.org.

Selain dengan cara tersebut, pengguna juga bisa mengakses Internet.org lewat aplikasi smartphone yang dapat diunduh di Play Store.

Kontroversi Di negara-negara tempat platform ini diluncurkan, tanggapan negatif bermunculan. Di India, misalnya, Internet.org dianggap berlawanan dengan prinsip “net neutrality” atau netralitas di internet. Sebab, sebagian website bisa diakses gratis (lewat Internet.org), sedangkan sebagian lainnya harus berbayar. Berikut lima alasan penolakannya di India:

  1. Internet.org hanya menyediakan akses gratis ke website-website yang diterima berpartisipasi oleh Facebook dan provider rekanannya. Menurut penentangnya, pilihan selektif Facebook ini mengarahkan orang untuk hanya mengakses website tertentu dan “mematikan” website lainnya.

  2. Orang akan memilih menggunakan provider yang melayani Internet.org. Di Indonesia, hanya pelanggan Indosat yang dapat menikmati layanan ini.

  3. Facebook dan provider partner-nya mengatur website apa saja yang bisa diakses pelanggan. Dengan demikian, website yang melayani voice/video calling dan yang menyediakan gambar beresolusi tinggi tidak akan bisa diakses. Ada tiga syarat yang diberlakukan Facebook bagi website yang ingin berpartisipasi dalam platform ini. Pertama, website tersebut memungkinkan pelanggan menjelajahi internet. Kedua, website tersebut efisien dalam konsumsi data alias tidak ber-bandwith besar. Ketiga, website tersebut dapat dibuka di smartphone maupun feature phone (ponsel dengan teknologi di bawah smartphone) serta tidak tergantung pada Javascript serta HTTPS.

  4. Internet.org tidak melayani URL HTTPS dan konten terenskripsi. Artinya, Internet.org tidak aman ketika dipakai untuk belanja online, membayar tagihan online, atau mengakses internet banking.

Meski diadang tentangan, lewat akun Facebooknya, Zuckerberg terus bersikukuh menunjukkan bukti bahwa internet.org berdampak pada orang-orang di negara berkembang.

Bagaimana menurut Anda?

Tags:

Prima Sulistya
25 Jun 2015