731 - Penguatan Demokrasi Lewat Media Literacy di Pondok Pesantren Sulselbar

Nama Inisiator

Abdul Khalid

Organisasi

NA

Topik

Keadilan dan kesetaraan akses terhadap media

Deskripsi Proyek

Pondok pesantren merupakan segmen vital dalam masyarakat indonesia yang relijius. Namun kekerasan dan radikalisasi agama yang terjadi akhir-akhir ini disinyalir banyak diinisiasi dari pondok-pondok pesantren atau alumni-alumni pesantren. Pada kenyataannya, pondok pesantren memang belum banyak mengadopsi kosa kata demokrasi, plurarisme, gender dan hak asasi manusia dalam pengajaran pengajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, mereka juga banyak jauh dari persentuhan dengan dunia global.

Maka pertanyaannya adalah bagaimana cara menjadikan pesantren yang sering dipandang sebagai kekuatan anti demokrasi ini berbalik menjadi pusat pusat penguat demokrasi? Bagaimana menjadikan pesantren-pesantren ini memiliki pandangan yang lebih realistis dalam terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan dan kemanusiaan. Bagaimana menjadikan mereka salah satu garda terdepan dalam menyebarkan pandangan demokratis, inklusivitas agama ke masyarakat.

Proyek ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan itu lewat penguatan demokrasi di kalangan pondok pesantren, terutama lewat ustadzah-ustadzahnya, lewat kegiatan pendidikan demokrasi dan media literacy. Diharapkan setelah mereka memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisa dan memproduksi media, kemampuan tersebut digunakan untuk mengkampanyekan nilai nilai demokrasi dan hak asasi manusia untuk massa yang jadi basis basis komunitas mereka dan memperkuat jaringan demokrasi di antara mereka sendiri.

Masalah yang Diangkat

1. Masih sedikitnya pesantren yang mengembangkan wacana demokrasi dan islam inklusif, lebih sedikit lagi yang menjadi pusat pusat kampanye kedua tema itu. Imej terhadap pondok pesantren yang terbangun selama ini adalah mereka selalu tertinggal dalam isu isu global seperti ini, bahkan seringkali melawannya. Ini dikarenakan belum terbumikannya wacana demokrasi dan hak asasi manusia di kalangan pondok pesantren. Islam mereka cenderung eksklusif dan anti demokrasi.
2. Tingkat literasi media masyarakat pondok yang masih rendah. Mereka kebanyakan adalah konsumen media, mereka belum mampu mengakses, menganalisa, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai format media. Padahal keluaran pondok pesantren seringkali harus terjun ke masyarakat sebagai penceramah, atau tokoh tokoh masyarakat harus menghadapi realitas dunia yang sudah maju dan kompleks. Media literacy yang mereka miliki akan membantu menyebarkan keyakinan demokrasi yang sudah terbangun lewat pelatihan ini, dan membantu mereka menghadapi dunia luar

Solusi

a. Persiapan sosial : Lokakarya demokrasi, Islam inklusif dan peran media

b. Pendidikan demokrasi dan islam inklusif:
1. Perumusan modul
2. TOT kader lokal sebagai fasilitator pendidikan demokrasi di ponpes
3. Workshop dan Pendidikan demokrasi untuk ustad dan ustadzah dan kader – kader pesantren : a, in class b, outclass dilakukan lewat diskusi demokrasi dengan santri dan komunitas, kunjungan ke dprd, latihan menulis isu demokrasi dan islam inklusif

c. Pendidikan literasi media
1. Perumusan modul
2. TOT pendamping.
3. Pendidikan literasi media a. Mengakses media: dasar-dasar komputer dan internet, pendidikan tingkat lanjut (pembuatan web) dan produksi video b. menganalisa, mengevaluasi dan memproduksi media: pelatihan jurnalisme, pendampingan pembangunan web dan produksi media
4. Lomba produksi media (web dan film) antar ponpes berbasis tema penguatan demokrasi
5. Pelatihan web marketing
6. Eksibisi hasil produksi media web local dan peresmian jaringan ponpes penyambung lidah demokrasi dan partneship dengan Aliansi Jurnalis Independen

Pihak yang diuntungkan adalah
1. Pondok Pesantren Madinah Makassar
2. Ponpes DDI Kanang, Ammassangan Kab. Polmas
3. Ponpes As’adiyah Kabupaten Wajo,
4. Ponpes DDI Ujunglare Pare-Pare
5. Ponpes Darul Maarif Kabupaten Bantaeng
6. Ponpes Ma’hadul Hadits Kabupaten Bone

Target

1. Pondok Pesantren Madinah Makassar 2. Ponpes DDI Kanang, Ammassangan Kab. Polmas 3. Ponpes As’adiyah Kabupaten Wajo, 4. Ponpes DDI Ujunglare Pare-Pare 5. Ponpes Darul Maarif Kabupaten Bantaeng 6. Ponpes Ma’hadul Hadits Kabupaten Bone

Indikator Sukses

NA

Lokasi

Makassar

Dana yang Dibutuhkan

550 Juta Rupiah

Durasi Proyek

January – Desember 2012 (Satu tahun)