1001 - DIVA DI SINI (sebuah proyek dokumenter pendek)

Nama Inisiator

Ucu Agustini

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

12 tahun di bidang pembuatan film dokumenter.

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

DIVA DI SINI adalah sebuah proyek film dokumenter pendek berdurasi 24-35 menit. Berkisah tentang DIVA SUUKYI LARASATI, remaja umur lima belas beranjak enam belas tahun yang kini duduk di kelas 1 SMA. Diva mengenal ayahnya—melalui ingatan personalnya sendiri dengan sangat samar sampai ia berumur 2 tahun. Sejak saat itu sampai ketika ia kini berumur 16, kehidupan dan cerita tentang MUNIR—sang Ayah, ia dengar dan simak melalui Ibu, Kakak, keluarga, buku-buku, media dan apa yang ia lihat serta saksikan sendiri dalam banyak kesempatan ketika SUCIWATI—ibunya, seorang aktivis perempuan membawanya serta dalam banyak aktivismenya terutama yang berkenaan dengan proses pencarian keadilan untuk sang ayah--seorang aktivis pembela HAM yang dibunuh dengan diracun di pesawat pada tahun 2004 pada masa presiden Megawati menjabat. Diva kecil pernah sangat ingin memiliki Ayah, merajuk dan membujuk ibunya untuk mencarikan ayah pengganti. Diva yang bertumbuh, bisa berpikir bebas, “Hmm.. nggak punya Ayah, aku bisa bebas nggak nikah dong?. Remaja perempuan mencoba mencari arti hidup, menelaah ketidak-pastian dan menghadapi tantangan masa depan, melihat kehidupan yang terjadi dengan ibunya, kakak lelakinya serta dirinya sendiri dalam tahun-tahun ketika keadilan belum kungjung tiba setelah 14 tahun mencari siapa pembunuh orang kesayangan dalam keluarga mereka.

Latar Belakang Proyek

Maret tahun 2013 museum OMAH MUNIR belum lagi dibangun. Untuk pertamakalinya saya bertemu DIVA. Saat itu ia berumur sepuluh jalan sebelas. Setelah selesai meng-guide kami di rumah yang sempat mereka tempati (yang kini menjadi Omah Munir), saya bertanya, “Diva cinta Abah?” saat itu saya merekam dengan kamera poket ber-resolusi jelek. Gadis kecil itu dengan yakin bilang, “Kalau cinta aku nggak tahu ya, tapi yang pasti aku sayang Abah. Dan aku tahu itu”. “Jadi Diva nggak cinta Abah?” saya menyusul pertanyaan sebelumnya. “Aku harus cari tahu. Karena kalau cinta, aku harus tahu alasannya. Aku nggak tahu Abah. Aku belum sempat mengenal dia”. Jawabnya tandas dan yakin. Pernyataan gadis kecil itu membekas dalam. Sejak saat itu, saya tahu suatu saat saya ingin berkolaborasi untuk membuat sesuatu dengan Diva dan Suciwati. Suara muda ini harus mulai didengar! Generasi ini punya keresahan dan pencariannya sendiri. Memberi wadah untuk suara-suara ini juga bisa menguatkan suara permintaan keadilan yang telah digemakan para korban dan survivor pelanggaran kekerasan HAM selama ini. Sayangnya kini jarak dan status saya agak menjadi kendala. Sebagai perempuan pembuat film yang sedang dalam status 'mendampingi' suami, saya kesulitan untuk mengakses kisah dan cerita yang ingin saya bikin di negara saya.

Masalah yang Diangkat

Umur Diva yang masih berada dalam status minor (di bawah 18thn, belum boleh membuat keputusannya sendiri tanpa didampingi representasinya--dalam hal ini sang Ibu), membuat saya sebagai inisiator project menggandeng Suciwati—Ibu Diva dan Nisrina Hadifah untuk berkolabari dalam project dengan membuat Inisative Lingkar Narasi Perempuan. Dalam diskusi untuk mengembangkan ide, kami bersepakat untuk mengangkat: Isu utama: mengangkat suara muda, generasi yang saat peristiwa pelanggaran HAM terjadi belum mampu menyuarakan ekpresinya, tapi seiring waktu berjalan, keresahan dan pikirannya memperlihatkan narasinya sendiri. Suara muda ini layak mendapat wadah. Kini saatnya suara mereka untuk didengar! Dukungan hibah ini akan sangat besar artinya untuk isu dan masalah yang akan diangkat di sini. Tema: Generasi muda (young adult) melalui kisah dan narasinya, membagi pelajaran hidupnya untuk bersama kita simak dan menjadi salah satu kunci untuk masuk dalam mempercakapkan ketidak-adilan dan pelanggaran HAM dalam perspektif generasi ini. Masalah yang ingin diatasi: Melalui proyek ini, Inisiative Lingkar Narasi Perempuan berharap tragedi kemanusiaan yang tak pernah diinginkan terjadi pada seseorang (dalam hal ini DIVA) tapi tetap harus ditanggung dan dijalani, memberi pelajaran dan inspirasi untuk kemanusiaan, dan membuat otoritas/pemangku kebajikan bergerak lebih serius untuk mencari pelaku sebenarnya yang bertanggung jawab pada pembunuhan MUNIR!

Indikator Sukses

Memberi gema pada suara survivor muda perempuan yang akan diangkat dalam proyek ini akan terasa berhasil bila: * Suara ini disimak dan diperhatikan oleh banyak orang, utamanya generasi muda, dan dalam hal ini karena proyek akan dibuat dalam bentuk audio-visual, maka bentuk kesuksesannya akan terlihat bukan hanya dari segmen yang berhasil ditarik untuk menonton tapi juga dari banyaknya permintaan pemutaran untuk film ini. * Inisiative Lingkar Narasi Perempuan menyadari bahwa dana hibah Cipta Media Ekspresi harus dibagi untuk bisa mendanai sebanyak mungkin suara perempuan yang ingin dikuatkan melalui dana hibah, maka dalam proposal ini kami tidak meminta dana untuk pemutaran/distribusi. Kami akan menggunakan jejaring lembaga yang bekerja dalam advokasi kemanusiaan dan HAM, untuk melakukan distribusi setelah proyek ini berhasil dibuat. Banyaknya kerjasama dengan para lembaga atau organisasi non-profit ataupun profit, juga menjadi indikator keberhasilan. * Bangkitnya suara muda telah dan sedang terjadi dimana-mana, bila proyek DIVA DI SINI menginspirasi inisiatif untuk terbentuknya proyek-proyek serupa dengan isu memberi dukungan dalam upaya mewadahi gema suara-suara muda, entah itu korban langsung atau tidak langsung pelanggaran kemanusiaan dan HAM di Indonesia, atau isu lainnya, maka kami akan sangat berbahagia dan bangga :)

Dana yang Dibutuhkan

Rp.268 Juta

Durasi Proyek

9 bulan