1044 - PELAMBAH (Pewarna Alami dari Limbah)

Nama Inisiator

Ismirahma Fitria

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

porto ilus 01.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Bekerja sama dengan rekan di bidang terkait, saya akan meriset serta memformulakan pewarna alami berbahan baku ‘sisa dan bekas produksi’, dengan harapan dapat memperpanjang/menambah nilai guna bahan tersebut agar tidak langsung dijadikan kompos setelah dipakai. Limbah yang diolah bisa berasal dari produksi apapun, selama masih organik atau alami. Dalam riset ini saya mencoba memulainya dari limbah minuman tradisional Indonesia. Dalam proyek ini saya akan mendalami proses pembuatan pewarna alami baik melalui literatur maupun langsung kepada para pengrajin kain dan batik. Kemudian saya akan mengaplikasikannya terhadap limbah yang saya riset serta melakukan uji lab apabila diperlukan, guna menyempurnakan formula dan menjadikannya pewarna yang stabil dan siap pakai.

Latar Belakang Proyek

Sebagai seorang ilustrator, warna merupakan hal menarik bagi saya. Membuat pewarna alami sudah menjadi salah satu budaya nenek moyang kita. Bahan yang digunakan biasanya berupa bahan yang baru dipanen / belum digunakan, pemakaiannya pun cukup banyak demi menghasilkan warna pekat. Terinspirasi dari salah satu produsen minuman tradisional Indonesia yang lewat proses dan produknya mereka berusaha mengurangi sampah anorganik dan mengolah limbah organiknya, memberdayakan petani dan pengrajin batik wanita, serta mengedukasi konsumennya tentang konsumsi secara bijak dan beretika. Dalam aplikasinya, produsen minuman ini menggunakan bahan alami yang dibudidayakan para petani wanita di kawasan Menoreh, Magelang. Bahan tersebut kemudian diolah secara konvensional. Ampas produksi mereka jadikan kompos dengan metode bio-dekomposit, hasilnya digunakan sebagai penyubur lahan bahan baku. Begitu seterusnya siklus bahan baku minuman tradisional ini. Selain itu mereka juga mengangkat ibu-ibu pengrajin batik berpewarna alami di Solo. Dari situ tercetuslah ide untuk menghubungkan semua budaya tersebut (tani - minuman tradisional - batik) menjadi satu rangkaian fase yang akan dilalui suatu bahan baku. Dengan memaksimalkan pemanfaatan suatu bahan baku, tentu akan mengefisienkan penggunaan SDA dan mengurangi limbah. Meski bahan alami tidak berbahaya, namun limbahnya tetap membutuhkan waktu untuk terurai, selain itu pemakaian yang berlebihan dan tidak beretika akan membahayakan ekosistem dan habitatnya.

Masalah yang Diangkat

Adanya desakan hati untuk mengolah limbah organik menjadi material lain (dalam hal ini pewarna alami) sebelum berakhir menjadi kompos, dalam upaya penambahan nilai guna limbah sehingga pemanfaatan sumber daya alam terminimalisir dan semakin efisien, nilai budaya pun terlestarikan secara lebih berkesadaran dan selaras dengan alam. Karena dibutuhkan perjalanan untuk pembelajaran pada pihak terkait, riset, dan kolaborasi, maka dibutuhkan dana operasional dan pengadaan alat untuk merealisasikannya.

Indikator Sukses

Memformulakan pewarna alami berbahan baku limbah organik yang cukup stabil dan mengemasnya menjadi produk siap pakai sehingga pewarna ini tidak hanya dapat dinikmati oleh para pengrajin batik saja, tetapi juga artisan dan budayawan lainnya yang ingin berekspresi dengan pewarna namun tidak lupa untuk menghargai alam.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.150 Juta

Durasi Proyek

9 bulan