1120 - Tidak Melulu Merah Muda, Tidak Selalu Menjahit

Nama Inisiator

Sita Magfira

Bidang Seni

kuratorial

Pengalaman

Kuratorial 3 tahun; Menulis non fiksi <7 tahun; Riset Lapangan dan Literatur 4 tahun

Contoh Karya

Menjadi Kurator, Jalur Pendidikan yang Berlubang dan Kecelakaan Takdir.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Ini adalah proyek penelitian seni rupa yang mengkaji hubungan antara gender dan unsur intrinsik karya seni rupa, macam medium, material, warna, dlsb. Judul “Tidak Melulu Merah Muda, Tidak Selalu Menjahit” dimaksudkan untuk merangkum skeptisisme saya atas pengidentikkan antara perempuan perupa dengan unsur instrinsik karyanya. Contohnya, anggapan bahwa warna-warna seperti merah muda adalah warna yang dominan dipilih perempuan perupa atau medium kain yang perlu keterampilan menjahit adalah medium khas perempuan perupa. Proses pengidentikkan tersebut masih berlangsung contohnya lewat pameran(-pameran) seni perempuan perupa dan kuratorial pameran. Proyek ini akan menggabungkan riset pustaka dan lapangan. Riset pustaka akan mengumpulkan literatur-literatur terkait topik penelitian, riset lapangan berupa wawancara mendalam seputar topik penelitian dengan sejumlah perempuan perupa terpilih lintas generasi. Proyek ini dibayangkan dapat menelisik alasan di balik pengidentikkan tersebut sekaligus memeriksa kembali dan mempertanyakannya. Secara umum, proyek ini mencakup: 1) pembentukan tim penelitian (terdiri dari perempuan peneliti muda) mewakili tiap lokasi proyek; 2) pematangan perspektif dan materi penelitian dalam workshop tim riset bersama peneliti senior, seniman, pegiat seni dan budaya; 3) penelitian pustaka dan lapangan di tiap wilayah; 4) penyusunan buku yang akan diedarkan dalam bentuk cetak dan digital; 5) peluncuran dan diskusi buku di tiap lokasi proyek.

Latar Belakang Proyek

Proyek ini hadir dengan mengamati banyaknya pameran seni perempuan perupa serta literatur seni rupa yang mengaitkan antara perempuan dan unsur intrinsik karya. Karya perempuan perupa tersebut umumnya dinilai sebagai karya yang “sangat perempuan” sebab warnanya yang pastel, mediumnya yang berupa keramik, kain, dlsb. Dalam sejarah seni rupa Indonesia sendiri, wacana seputar bahasa visual yang khas perempuan pertama kali disampaikan oleh Sanento Yuliman. Yuliman, dalam ulasannya untuk pameran kelompok Nuansa (pameran kelompok yang beranggotakan perempuan) di tahun 1987 mempertanyakan apa yang khas perempuan dari karya mereka. Pertanyaan hadir sebab Yuliman melihat sedikitnya keramik dan tekstil, misalnya, yang identik dengan perempuan dalam pameran tersebut. Dari sana, beberapa pertanyaan pemicu proyek ini lantas hadir: Apa itu "karya yang sangat perempuan”? Siapa yang memproduksi idiom tersebut dan untuk apa? Dari mana kita mempelajari idiom tersebut dan sejak kapan? Mengapa unsur intrinsik karya dapat menentukan karya tersebut dikatakan “khas perempuan”? Kesadaran apa yang dimiliki oleh perempuan perupa dalam kaitannya dengan unsur intrinsik karya dan wacana gender seputar itu? Proyek ini akan fokus pada rentang tahun 1987 (sejak Yuliman menggulirkan pembahasan tersebut) hingga 2017. Adapun DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat dan Bali dipilih sebagai lokasi penelitian sebab merupakan wilayah pusat medan sosial seni rupa Indonesia.

Masalah yang Diangkat

1) Banyaknya dan masih terus berlangsungnya pewacanaan tentang karya seni rupa yang khas perempuan tanpa pernah ada usaha berarti untuk memberikan jeda, mempertanyakan, serta mengkaji ulang secara kritis pewacanaan tersebut demi tidak terjebak dalam pola pikir esensialis dan stereotipikal. 2) Terbatasnya kajian seni rupa di Indonesia secara umum, khususnya yang coba menggabungkan antara riset pustaka yang komprehensif dan penelitian lapangan yang mendalam tentang karya seni perempuan perupa dan masalah seputarnya. 3) Kurangnya inisiatif kajian mandiri dan ruang belajar bersama lintas disipilin-lintas wilayah bagi perempuan peneliti muda yang tertarik dengan kajian seni.

Indikator Sukses

Berhasil melakukan riset (baik pustaka dan lapangan) di wilayah yang ditentukan, menuliskan dan menerbitkan temuan riset dalam buku berbentuk cetak dan digital, melakukan peluncuran buku dan diskusi buku di masing-masing wilayah proyek dengan antusiasme yang baik dari peserta acara, serta masing-masing perempuan peneliti muda yang terlibat dalam proyek mampu melakukan inisiatif kajian seni rupa secara mandiri atau kelompok setelah proyek selesai.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.153 Juta

Durasi Proyek

9 bulan