114 - Perempuan Seni Tradisi untuk Pemulihan dan Perdamaian

Nama Inisiator

Zubaidah

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

6 Tahun (Sastra), 17 Tahun (Penelitian Sosial - Politik - Budaya)

Contoh Karya

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Melalui pendekatan kualitatif berperspektif feminis, penelitian ini menggali  suara dan peran perempuan di ranah seni tradisi dalam menyikapi situasi konflik/pasca konflik, mengatasi kekecewaan, trauma, beban berlapis, dan membangun ruang kebersamaan yang damai. Penelitian ini membangun pengetahuan tentang strategi pemulihan diri dan komunitas, serta cara membangun perdamaian melalui seni tradisi yang dihidupi oleh perempuan.   Proyek ini memberikan alternatif terhadap penyelesaian konflik yang didekati dengan pendekatan hukum benar-salah, pengadilan tanpa ruang peradilan humanis, pendekatan kekuasaan yang militeristis. Aspek budaya dan peran perempuan dalam merawat kehidupan di tengah dan pasca konflik, yang seharusnya dapat menjadi landasan bagi gerakan kebudayaan, seringkali terabaikan. Peran perempuan di ranah seni memiliki nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai sumber inspirasi, karena para perempuan di akar rumput di berbagai daerah telah merawat kemanusiaan. Melalui lagu dan tarian, mereka merekam ingatan kolektif, sekaligus memulihkan luka sejarah.    Di Bener Meriah misalnya, Didong adalah seni tutur perempuan sekaligus musik untuk menari yang mampu melahirkan syair-syair harapan. Tradisi ini akan tergerus bila peran dan tantangan mereka tidak tercatat dan terakomodir baik, serta kurangnya penguatan di tingkat pemuda-generasi penerus.  Penelitian ini mengintervensi kecenderungan terpinggirkannya suara, ingatan dan peran perempuan dengan membangun, mensosialisasikan pengetahuan baru tentang peran perempuan melalui seni tradisi.

Latar Belakang Proyek

Sebagai Peneliti Social-Politik di wilayah konflik dan perdamaian Aceh, sekaligus Pegiat Kebudayaan yang menggunakan perspektif feminis membaca dinamika, saya melihat banyak hal dalam ranah seni tradisi yang perlu diangkat untuk mendukung proses pemulihan Aceh dan Papua. Salah satunya adalah menggali aspek seni tradisi yang dikembangkan oleh perempuan-perempuan di akar rumput. Bila pada karya sebelumnya saya mengangkat situasi perempuan dan perdamaian dalam bentuk puisi, saat ini saya ingin mengembangkannya dengan melihat aspek kekuatan lagu, sekaligus tarian yang dibawakan oleh perempuan untuk proses healing, bagaimana kaitannya dengan upaya mencatat sejarah di tengah konflik dan perdamaian Aceh, kemudian membandingkannya dengan situasi di Papua. Ide ini semakin menguat ketika masyarakat korban, terutama perempuan dan anak-anak masih sangat rentan, tidak tersentuh pemulihan signifikan. Persoalan keberagaman juga menjadi tantangan. Isu SARA terus mengemuka dan berdampak pada tersingkirnya kelompok minoritas dan terkikisnya kekayaan Aceh akan keberagaman suku dan seni tradisi. Tentu saja ini mengancam proses keberlanjutan perdamaian. Selain itu, bisa menjadi pintu masuk untuk menggalang kekuatan secara lebih luas dalam mendukung kehadiran Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh yang rentan, dan proses pemulihan dampak konflik di daerah mana pun, sekaligus sebagai fundraising kegiatan pemulihan korban konflik, yang selama ini dilakukan oleh buku PULANG Melawan Lupa.

Masalah yang Diangkat

1. Rendahnya pengakuan dan penghargaan terhadap peran perempuan dalam seni tradisi. 2. Tidak tercatatnya suara dan peran perempuan di ranah seni tradisi, yang merupakan sumber kekuatan sekaligus strategi pemulihan. 3. Tergerusnya kekayaan seni tradisi akibat minimnya penguatan generasi di akar rumput dan persoalan-persoalan social politik yang mengemuka. 4. Tersingkirnya perempuan dalam peran kebudayaan dan pemulihan. 5. Minimnya seni tradisi dalam membangun gerakan politik beretika. Di antara upaya yang dilakukan: 1. Penelitian studi kasus: perempuan penggerak seni tradisi di wilayah minoritas paska konflik. Persoalan mereka berlapis, tidak saja korban atas situasi konflik, juga menjadi minoritas di tengah perdamaian. Sementara pada saat yang sama, perempuan dan kekayaan seni tradisi sangat berperan dalam keberlanjutan perdamaian. 2. Perbandingan peran perempuan dalam perdamaian melalui seni tradisi di beberapa lokasi studi kasus (AcehdanPapua). 3. Mendokumentasikan hasil penelitian dalam buku dan film dokumenter. 4. Menjemput Momentum Hari Perdamaian Aceh 15 Agustus sebagai pintu masuk mendorong perdamaian Indonesia, melalui Konser Perdamaian Perempuan Seni Tradisi untuk Pemulihan, bertema “Rahim Ingatan Pulang Melawan Lupa”. Konser ini menampilkan seni tradisi perempuan dari daerah penelitian.  Konser juga melibatkan partisipasi pemuda sebagai bagian dari gerakan kebudayaan untuk perdamaian. 5. Launching dan sosialisasi buku-film dokumenter untuk penyebaran pengetahuan perempuan, sekaligus keberlanjutan fundraising.

Indikator Sukses

1. Terbangunnya silaturrahmi kemanusiaan sekaligus capacity building untuk perempuan penggerak seni tradisi di wilayah konflik dan paska konflik. 2. Adanya catatan kritis-analitis tentang pemikiran dan peran perempuan dalam ranah seni tradisi untuk pemulihan dan perdamaian di lintas etnis. 3. Terbangunnya konsolidasi semua pihak dalam membangun perdamaian Aceh dan pemulihan dampak konflik di Papua dengan pelibatan perempuan dan pendekatan seni tradisi tua sebagai strategi. 4. Terbangunnya gerakan kebudayaan melalui keterlibatan pemuda. Konsolidasi dengan pemerintah, pemuka agama, pegiat seni budaya, tokoh adat, peneliti, akademisi dan aktivis di lintas daerah dan disiplin ilmu dalam kegiatan-kegiatan pembangunan perdamaian. 5. Tersosialisasikannya peran dan suara perempuan dalam seni tradisi untuk pemulihan dan perdamaian melalui diskusi buku dan film dokumenter di sekolah, kampus, media dan ruang publik lainnya. 6. Adanya fundraising yang berkelanjutan dari kegiatan dan penjualan buku Pulang Melawan Lupa (Building a Boat in Paradise/English Version, dan Demi Damai/Kumpulan Esai), serta lagu-lagu yang lahir dari puisi tersebut--sebagai pemantik gerakan seni tradisi perempuan untuk pemulihan dan perdamaian, juga fundraising dari buku dan film yang dihasilkan dari penelitian ini. 7. Keberlanjutan upaya memetakan peran perempuan dalam perdamaian melalui seni tradisi dengan mereplikasi hasil studi kasus, dokumentasi dan kegiatan ini, yang telah dievaluasi, pada wilayah budaya lain di Indonesia, sesuai konteksnya. 

Dana yang Dibutuhkan

Rp.850 Juta

Durasi Proyek

9 bulan