1182 - Sistem Utilitas ' Women Friendly'

Nama Inisiator

Dea Aulia Widyaevan

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

4-5 tahun

Contoh Karya

images.compressed.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Gagasan saya – menawarkan sebuah rancangan ‘prototype’ sistem utilitas dalam rumah – yang lebih bersahabat terhadap wanita, baik yang terdapat di dalam dapur, sistem pengairan maupun kelistrikan. Seri dari prototipe ini adalah kumpulan ‘sketsa/gambar kerja’ dan model eksperimen nyata (langsung/bersifat lapangan). Desain ini dibutuhkan beberapa langkah riset yang diagendakan untuk menemukan standar antropometris wanita Indonesia, dan juga ‘batas-batas’ kemampuan fisikal wanita – abilitas dalam mengerjakan beberapa tugas ‘kasar’ serta persepsi mereka tentang keamanan. Sistem utilitas dalam rumah – bahkan bisa dirancang dalam situasi yang lebih ‘manis/menyentuh’ di mana kebutuhan personalitas wanita dapat difasilitasi – lebih dari sekedar perangkat fungsional untuk tinggal. Wanita pun butuh untuk merefleksikan identitas mereka terhadap ruang yang mereka ‘okupasi’. Harapannya para wanita bisa mengatasi masalah utilitas , paling tidak dikeadaan paling urgen dan rumah masih bisa beroperasi sebagaimana biasanya jika ada satu sistem jaringan rusak. Misal sistem saluran air – kebanyakan disembunyikan di bawah lantai/di balik dinding, terpendam dan tersembunyi. Apabila terdapat kebocoran atau sumbatan, untuk memeriksanya saja perlu menghancurkan entah lantai, dinding, yang pada tahap ini saja sudah membutuhkan kekuataan fisik lebih. Gagasannya – kenapa tidak menciptakan rancangan sistem saluran air yang lebih akrab/terjangkau bagi wanita.

Latar Belakang Proyek

Perempuan Indonesia sejak dini tidak diajarkan untuk bisa bersifat tegas dan mandiri. Konsekuensinya, ketika dewasa dan harus ‘survive’ sendiri, mereka akan mencari kaum pria/pasangan pria yang mampu menyelesaikan permasalahan yang mendukung hidup mereka.Hal ini menjelaskan mengapa di Indonesia memiliki ‘stereotype’ mengenai tenggat waktu usia menikah dan bagi wanita yang masih melajang dicap sebagai ‘perawan tua’ dan dalam masa ‘krisis’. Sehingga pertanyaan, ‘kapan nikah’ selalu menghantui, seolah kita harus punya pendamping untuk bertahan hidup dan diterima pada lingkungan sosial. Fenomena ‘Cinderella complex’ (takut akan kemandirian ) ini kemudian memgafirmasi dominasi pria hingga pada ruang personal mereka / ’ruang domestik’ ( rumah) . Ironisnya, bahjan rumah punbaik interior atau eksteriornya dibangun menurut logika laki-laki. Sehingga mengafirmasi pertanyaan ‘kapan nikah’ , karena jika tidak menikah, akan kesulitan untuk tinggal sendirian disebuah rumah. Pada dunia arsitektur, kebanyakan rancangan rumah mengikuti logika pria, bahkan hingga standar antropometri untuk sirkulasi dan furniture (mebel) megikuti standar dari lelaki kaukasian. Ruang-ruang yang diproduksi pada budaya patriarki, selalu didesain dengan indikasi user seorang laki-laki.Jadi, jika saya membayangkan sebuah ruang dikhususkan untuk perempuan sebagai user utama, maka pendekatan desain akan mengarah pada psikologi, hal-hal detail intuitif tapi logis, ringan, aman, sesuai antropometri wanita asia.

Masalah yang Diangkat

Sebagai arsitek-seniman, secara profesi banyak bersentuhan dengan masalah engineering, logika struktur dan konstruksi, yang bagi saya ,memahami logika ‘mesin’ atau ‘teknologi ‘ membutuhkan waktu. Saya menyadari banyak rumah didesain dengan sistem yang hanya bisa dioperasikan oleh laki_laki dari segi user interface utilitasnya, karena berat, tersembunyi , bahaya dan memiliki skill ketukangan khusus. Padahal, yang sering ada dirumah adalah wanita dengan kegiatan memasak, mencuci baju, setrika, membersihkan rumah, menyirami kebun dst. Perkara utilitas rumah memegang peranan yang penting ,tanpa air, drainase, dan listrika, rumah tidak layak huni. Masalah akan mulai meuncul ketika perempuan memilih ‘jalan mandiri’ hidup dalam rumah sendir karena memilih melajang, lansia, bercerai maupun merantau. Apabila terjadi masalah terhadap sistem kelistrikan, pipa saluran air, drainase, produktivitas akan terganggu, dan pasti akan langsung memanggil ‘kaum pria’ untuk memperbaikinya. Tapi bagaimana jika misalnya tiba-tiba tengah malam air membanjiri dapur dan harus segera diatasi ,apakah harus menunggu hingga pagi hari sampai si tukang datang? Dari permasalahan sepele tapi urgen ini, mengapa tidak membangun sistem utilitas yang bisa lebih mudah dioperasikan, dan diperbaiki oleh wanita jika ada kerusaksn disaat genting?

Indikator Sukses

Rancangan utilitas ini bisa diaplikasikan pada rumah skala kecil. Masing-masing dari ajuan prototipe rancangan ini bisa dikembangkan menjadi manual guide dalam mengoperasikan sistem utilitas yang mudah dimengerti/dipahami oleh wanita. Manual guide bisa berupa serangkaian tutorial video maupun booklet. Dan berbagai intergrasi aplikasi sensor pada sistem kelistrikan , maupun saluran pompa air – yang bisa memudahkan teknik operasi dan efisiensi waktu. Prototipe model harapannya bisa diaplikasikan pada rumah sekitar 100- 150m2 . Gagasan desain ini bisa diperluas ke wilayah artistik, menjadi serangkai karya instalasi interaktit juga performatif, yang bisa mengangkat wacana di seputar ruang dan gender.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.250 Juta

Durasi Proyek

9 bulan