1256 - Mengikat Sasirangan

Nama Inisiator

Retno Septyorini

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

Merah Putih Coklat.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Sasirangan merupakan kain tradisional dari Banjarmasin yang digadang-gadang dapat menjadi bagian wastra nusantara yang mendunia. Sayangnya, Banjarmasin belum memiliki oleh-oleh khas berbahan sasirangan yang dibuat dengan creative rational yang memadai sehingga belum ada buah tangan kekinian berbahan sasirangan yang menjadi primadona wisatawan. Mereka lebih banyak membeli sasirangan dalam bentuk kain untuk dibuat busana yang dipakai pada acara formal. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa gaung sasirangan masih jauh dari impian, disamping faktor lain seperti kurang tersampaikannya sejarah maupun narasi menarik dari sasirangan. Padahal jika ditelisik lebih lanjut, sasirangan menyimpan sejarah perjuangan perempuan-perempuan Banjarmasin dalam memperbaiki taraf ekonomi keluarga. Sebuah perjuangan bersama yang dilakukan sejak tahun 80an lalu. Proyek berjudul “Mengikat Sasirangan” ini merupakan proyek kolaboratif antara desainer dan content creator untuk untuk berinovasi bersama beberapa komunitas perempuan di Banjarmasin (utamanya kelompok perempuan penyirang di kampung sasirangan dan pengrajin purun di Kecamatan Banjar Utara yang kebanyakan berusia tak lagi muda) untuk membuat beberapa prototype produk oleh-oleh kekinian khas Banjarmasin yang ramah lingkungan serta menawarkan nilai seni dan ekonomi yang lebih tinggi, lengkap dengan narasi yang menarik untuk diperkenalkan sebagai bagian dari pesona wastra nusantara yang layak bergaung pada segmentasi pasar yang lebih luas dan jelas.

Latar Belakang Proyek

Tahun lalu saya bergabung sebagai spesialis media (pengelola @halomasin) dalam sebuah program live in pelaku kreatif di Banjarmasin yang bertujuan untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif lokal di sana. Pengalaman live in selama empat bulan tersebut membuka wawasan baru akan berbagai potensi ekonomi kreatif khas Banjarmasin, dimana dua produk yang paling diunggulkan adalah wisata susur sungai dan kain tradisional bernama sasirangan. Ada yang menarik jika membicarakan tentang sasirangan karena di awal kemunculannya sasirangan dikenal sebagai media pengobatan yang sakral. Atas perjuangan perempuan-perempuan hebat di Banjarmasin, pada akhirnya sasirangan dapat bertransformasi menjadi produk budaya kebanggaan Urang Banua. Sayangnya, kurang dikenalnya kain yang dibuat dengan teknik gambar-jelujur-ikat-celup, yang proses produksinya banyak melibatkan perempuan ini ternyata masih kerap dikira sebagai kain ikat-celup bermotif senada seperti jumputan ataupun shibori. Selain minimnya faktor inovasi untuk produk jadi berbahan sasirangan, limbah pewarna sintetis yang kini banyak digunakan pengrajin lambat laun dapat mencemari sungai, yang notabene merupakan pembeda utama Banjarmasin dengan kota lainnya. Dari sinilah muncul ide untuk menghadirkan buah tangan kekinian khas Banjarmasin bernilai seni dan ekonomi tinggi, yang dibuat dari perpaduan bahan ramah lingkungan seperti sasirangan warna alam, purun dan limbah kayu yang banyak tersedia di Banjarmasin.

Masalah yang Diangkat

Meski wisata susur sungai dan sasirangan menjadi produk andalan khas Banjarmasin, namun keduanya belum menunjukkan konektivitas yang saling menguntungkan. Di satu sisi keduanya diunggulkan, di sisi lain gaung pewarna alam untuk sasirangan belum mengalahkan penggunaan pewarna sintetis yang masih menjadi primadona bagi banyak pengrajin sasirangan di Banjarmasin. Meski pada akhirnya sama-sama dibuang ke sungai, nemun jika dibandingkan dengan limbah pewarna sintetis, penggunaan limbah pewarna alam tentu jauh lebih ringan sekaligus lebih ramah lingkungan. Penggunaan bahan alam lain yang banyak terdapat di Banjarmasin seperti purun dan limbah kayu diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan potensi ekonomi dari kekayaan alam khas Banjarmasin sekaligus dapat mengurangi limbah kayu yang banyak ditemukan di tepian sungai. Pemanfaatan purun sebagai bahan pembuatan maupun bahan packaging produk “Mengikat Sasirangan” diharapkan mampu mengurangi limbah plastik, utamanya limbah plastik di sekitar kawasan Banjarmasin. Proyek ini juga bertujuan ingin mengurangi budaya “kada” (dalam Bahasa Banjar kada berarti tidak) bisa, kada pernah coba dan kada lulus SD yang kerap didengar dari beberapa komunitas pengrajin yang pernah ditemui di beberapa titik di Banjarmasin. Padahal jika dibuat dengan creative rational yang memadai, produk kerajinan khas Banjarmasin berpeluang besar untuk bersaing dengan khas dari daerah lain.

Indikator Sukses

Indikator sukses proyek “Mengikat Sasirangan” ini adalah terbentuknya ruang komunikasi antar komunitas pengrajin agar lebih inovatif dalam berkolaborasi menghasilkan produk khas banjar yang ramah lingkungan, bernilai seni dan ekonomi yang lebih tinggi. Indikator sukses lainnya dari proyek ini adalah terciptanya ruang komunikasi visual yang menarik bagi target market baik yang berada di dalam ataupun luar Banjarmasin untuk mengkampanyekan semangat inovasi, kolaborasi dan semangat kepedulian lingkungan. Di akhir program ini, kami ingin mempersembahkan pameran karya kolaboratif di Banjarmasin selama 2 hari yang menghadirkan beberapa prototype produk sekaligus mengajak mama-mama pengrajin yang menjadi kolaborator kami untuk berbagi pengalaman dengan generasi muda di Banjarmasin. Harapannya, hasil kolaborasi dan inovasi ini dapat menginspirasi generasi muda di Banjarmasin untuk mengenal potensi ekonomi kreatif lokal sehingga berbagai potensi tersebut dapat lebih cepat untuk dikembangkan agar dapat segera masuk ke kancah pasar yang lebih jelas dan luas. Pameran ini dinyatakan berhasil jika dapat menghadirkan 15 pilihan produk untuk direkomendasikan sebagai oleh-oleh baru dari Banjarmasin lengkap dengan narasi, perhitungan laba rugi, juga perencanaan pengembangan produk, yang dihadiri llebih dari 300 pengunjung setiap harinya. Indikator lain suksesnya proyek ini adalah kesiapan produk untuk diikutkan dalam berbagai pameran komunitas berskala nasional dan ada timbal balik pre order sebanyak 50 pieces.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.325 Juta

Durasi Proyek

6 bulan