1267 - Festival non Beras – Lestarikan Budaya ‘Ngrowot’

Nama Inisiator

Cicilia Wahyu Riana Dewie

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

menulis beberapa tema tentang kehidupan, lifestyle, kuliner dan wisata

Contoh Karya

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Mengajak seluruh wanita Indonesa untuk berpartisipasi dalam festival non beras. Penyelenggaraan event ini dikolaborasikan dengan budaya Jawa ‘ngrowot’, yaitu makan selain nasi untuk meninggalkan sejenak nafsu duniawi dan meningkatkan kesehatan. Komunitas kami akan membudidayakan hasil pangan non beras, yaitu umbi-umbian sebagai makanan utama sehari-hari serta buah-buahan organik yang lebih menyehatkan. Pelestarian budaya ‘ngrowot’ ini akan dikemas apik dalam pertunjukan seni wayang modern dimana dalam event ini, wayang slangek akan tampak mendominasi, yaitu gojeg bersama masyarakat agar masyarakat tak gelisah dengan pasokan beras yang berkurang dari waktu ke waktu. Sendratari Dewi Sri juga ditampilkan dalam festival ini, menjadi lambang agar masyarakat selalu percaya bahwa tanah suburnya bisa ditanami banyak bahan pangan, walaupun tak selalu padi. Intinya, festival ini adalah kampanye kepada masyarakat, khususnya para wanita, agar dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan beragam menu masakan non beras dan organik.

Latar Belakang Proyek

Kami, tim yang terdiri dari beberapa wanita muda berdikari memiliki cita-cita untuk mewujudkan Indonesia yang sehat. Dengan jumlah sementara sekitar 20 orang dari berbagai bidang, seperti agrobisnis, manajemen, tata boga, penulis, pertanian, teknik pengolahan bahan pangan dan para ibu rumah tangga memiliki mimpi besar untuk membudidayakan hasil pangan non beras, terutama umbi-umbian. Komunitas ini akan bergerak melakukan pengembangan dan penelitian tentang kadar gizi umbi-umbian yang dalam bidang kesehatan memiliki nutrisi yang tak kalah baiknya dengan beras. Oleh karenanya, kampanye untuk sadar organik akan terus kami usahakan kepada seluruh perempuan di Indonesia agar mereka dapat mewujudkan masakan yang lebih sehat dan murah untuk seluruh keluarga. Selain itu, umbi-umbian juga sangat cocok sebagai menu diet wanita Indonesia yang tetap ingin menjaga keindahan tubuhnya. Harapannya, masyarakat bisa meningkatkan konsumsi non beras dan bahan pangan organik secara kontinyu. Tentu, hal utama yang harus diusahakan untuk memulai semuanya adalah menyiapkan niat untuk mengubah hidup lebih sehat, memperluas lahan tanaman organik di seluruh penjuru tanah air serta sosialisasi pengolahan makanan non beras dan organik. Pengembangan desa non beras ini sesuai dengan program diversifikasi pangan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan), tujuannya agar nutrisi yang diterima tubuh bervariasi dan seimbang.

Masalah yang Diangkat

Nasi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia dan masalahnya, pasokannya kini makin sedikit. Oleh karenanya, komunitas ini berusaha memberikan solusi dari masalah pasokan beras yang sedikit dengan menu lain yang memiliki nutrisi sama, bahkan lebih sehat bagi tubuh. Disinilah peran wanita sangat diharapkan, karena ia yang selalu berhubungan erat dengan bahan pangan yang akan disajikan sebagai hidangan untuk keluarga di rumah. Tak hanya makanan utamanya, buah dan sayur organik juga dikampanyekan sebagai bahan pangan yang lebih aman bagi kesehatan.

Indikator Sukses

Program ini dikatakan sukses jika pola hidup masyarakat mulai berubah dan mereka ‘ikhlas’ melupakan nasi sebagai bahan makanan utamanya,walaupun perlahan. Apalagi jika ini bisa dikembangkan ke beberapa desa secara serentak seperti yang diharapkan pemerintah, tentu bagi kami ini adalah prestasi.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.350 Juta

Durasi Proyek

6 bulan