146 - Penulisan dan Diskusi Novel Perempuan di Sekitar Krakatau

Nama Inisiator

Ch. Dwi Yuli Nugrahani

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

20 tahun

Contoh Karya

buku kumpulan cerpen salah satu cabang cemara.jpg

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Saya ingin menggali situasi dan kondisi masyarakat dan perempuan di sekitar Gunung Krakatau, secara khusus di Pulau Sebesi dan menuliskannya dalam bentuk novel. Penggalian data ini membutuhkan waktu sekitar 1 bulan di antaranya dengan tinggal di Pulau Sebesi untuk mendapatkan karakter, situasi, kondisi dan gerak perempuan di Pulau Sebesi dalam keterlibatan mereka dengan Gunung Krakatau yang terus bertumbuh hingga kini. Selain itu, juga ingin mengetahui dan merasakan secara langsung dampak dari perkembangan wisata terhadap perempuan dan keluarga-keluarga di Pulau Sebesi, yang memang dekat dengan Krakatau dan menjadi sarana untuk menikmati Krakatau. Dari data itu, saya akan menuliskannya dalam bentuk novel (fiksi, namun berdasarkan realita). Penulisan akan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Proses editing dan cetak adalah tahap berikutnya (3 bulan), dan tahap akhir untuk proyek ini adalah diskusi buku, yang pertama dengan komunitas seniman Lampung Selatan di Kalianda dan kedua bersama Jaringan Perempuan Padmarini (JPP) di Bandarlampung untuk lingkup propinsi Lampung (1 bulan).

Latar Belakang Proyek

Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 memberikan dampak yang besar pada Pulau Sebesi sebagai pulau yang dekat dengan Krakatau. Setelah meletus, Pulau Sebesi ditinggalkan oleh penduduknya yang sebelumnya hidup dari lada, karet dan kelapa. Tahun 1900an, pulau ini mulai dihuni kembali dan didatangi oleh banyak orang. Saat ini pulau ini menjadi salah satu tujuan wisata orang-orang yang ingin menikmati Gunung Krakatau tanpa harus menginjak Krakatau. Kedatangan wisatawan ke Gunung Krakatau atau Anak Krakatau bisa merusak kehidupan yang terus bertumbuh di tersebut walau sekarang ini sudah ada wacana untuk menggunakan kawasan ini sebagai wisata alam. (selain merusak, wisatawan yang datang ke Krakatau mempunyai resiko yang tinggi karena keaktifan vulkanik gunung ini). Pulau Sebesi adalah sarana untuk menikmati Krakatau tanpa merusak atau terkenai bencana Krakatau. Namun kedatangan wisatawan di Pulau Sebesi memberi dampak yang tidak sedikit bagi masyarakat menyangkut ekonomi, mental, budaya dan sebagainya. Proyek ini akan mengolah data dan masalah itu dalam bentuk novel karena ini adalah cara yang paling fleksibel untuk menjadi pintu masuk ke masyarakat segala lapisan, dan bisa menjadi inspirasi lanjut untuk riset yang lebih mendalam tentang perempuan dan masyarakat Pulau Sebesi dari sudut pandang bidang keilmuan.

Masalah yang Diangkat

Pulau Sebesi merupakan pulau yang indah dengan potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata dan 'pelindung' bagi Gunung Krakatau yang merupakan laboratorium alam yang luar biasa. Kemajuan-kemajuan di Pulau Sebesi haruslah melibatkan perempuan sebagai faktor penting bagi perkembangan wisata, budaya, ekonomi, ekosistem laut dan darat, kesehatan, gizi keluarga dan sebagainya. Namun, perempuan masih sering dianggap tidak penting dalam pengambilan keputusan dan kebijakan entah dalam masyarakat atau pemerintahan. Padahal selalu ada perempuan-perempuan handal yang bisa dilibatkan untuk mempercepat kemajuan dan perkembangan di semua sektor itu. Jika masyarakat tidak siap dengan kehadiran perempuan-perempuan semacam ini, akan terjadi konflik, perempuan yang putus asa, keluarga yang berantakan dan juga hambatan-hambatan bagi situasi-situasi yang lebih baik yang sebenarnya sangat mungkin terjadi.

Indikator Sukses

1. Tergalinya data-data tentang perempuan dan masyarakat di sekitar Gunung Krakatau khususnya di Pulau Sebesi lewat 'live in', penulis tinggal bersama mereka di pulau tersebut. 2. Terbitnya sebuah novel dengan tema perempuan di sekitar Krakatau, dengan mengangkat masalah gender dan lingkungan hidup di Pulau Sebesi (1.000 buku, diterbitkan oleh penerbit yang dipilih kemudian) 3. Terselenggarakan diskusi buku, pertama dengan komunitas seniman Lampung Selatan di Kalianda (pusat pemerintahan kabupaten Lampung Selatan, tidak jauh dari lokasi Krakatau) dan kedua dengan Jaringan Perempuan Padmarini di Bandarlampung (pusat pemerintahan propinsi Lampung).

Dana yang Dibutuhkan

Rp.159 Juta

Durasi Proyek

8 bulan