147 - Menelusuri Pesona Tenun NTB

Nama Inisiator

Ana Rohma Septiana

Bidang Seni

kriya

Pengalaman

1 Tahun

Contoh Karya

Portofilio Mantikaen Indonesia.mp4

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Mantikaen Indonesia, dengan brand TheMantikaen, membutuhkan banyak informasi, yang sedalam-dalamnya mengenai Kain Tenun khas NTB, dalam menjalankan cita-cita kami, yaitu melestarikan budaya dan mengedukasi masyarakat melalui produk kerajinan tangan yang dipasarkan. Sebagai pendahuluan, tahun 2017 lalu, kami telah melakukan survey dan berhasil menemui 6 kelompok tenun yang dianggap mewakili NTB, berdasarkan keaslian, cerita yang diusung setiap komunitas, serta wujud nyata upaya mempertahankan kelestarian budaya tersebut. Keenam kelompok tersebut yaitu Kelompok Sentosa Sasak Tenun di Pringgasela – Lombok Timur, Desa Sade di Rembitan – Lombok Tengah, Kelompok Kemang Langit di Dusun Samri – Sumbawa, Kelompok Karya Mandiri di Moyo Hilir – Sumbawa, Kelompok Tenun Desa Roka – Kabupaten Bima, dan Penenun Desa Sangeang – Kabupaten Bima, yang menenun enam jenis kain yang berbeda. Hasil penelitian tersebut nantinya akan dijadikan modal utama dalam mengembangkan produk-produk kerajinan tangan kami, yang diharapkan mampu menjangkau kalangan masyarakat yang hidup di kota besar, bahkan pantas untuk diperkenalkan hingga mancanegara. Sehingga secara tidak langsung turut memfasilitasi komunitas tenun di daerah untuk memperkenalkan karyanya ke ruang yang lebih luas dari sebelumnya. Seluruh informasi dan hasil penelitian ini nantinya akan didokumentasikan dalam sebuah buku dan dipublikasi seluas-luasnya melalui sosial media dan website agar mudah dijangkau oleh kalangan muda zaman sekarang.

Latar Belakang Proyek

Sejak tahun 2013, UNESCO melalui Dirjen Kebudayaan serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, telah mengangkat 549 karya budaya yang terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia, yang 33 diantaranya merupakan kain tradisional, meliputi batik, songket, dan tenun. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kain tradisional, yang keahlian membuatnya termasuk motif-motifnya dipelajari secara turun temurun hingga saat ini. Menenun adalah keahlian yang sangat erat kaitannya dengan perempuan. Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi yang menarik perhatian wisatawan sebagai salah satu destinasi wisata dunia terbaik di Indonesia. Kehidupan masyarakat NTB tidak bisa lepas dari kain tenun dan tradisi menenun, yang filosofi serta makna proses pembuatannya menjadi tanda kedewasaan seorang gadis, bahkan menentukan kepantasannya untuk dipinang. Eratnya hubungan menenun dengan masyarakat lokal tersebut menjadikan kain tenun dikenal sebagai oleh-oleh wajib apabila berkunjung ke NTB. Sayangnya, hingga saat ini, kain tenun khas NTB belum tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Kurangnya dokumen dan ruang informasi mengenai tenun khas NTB ini juga menyebabkan banyak sekali masyarakat yang tidak mengetahui bahwa motif tertentu merupakan ciri khas dari suatu desa yang berada di NTB, sehingga membuat motif tersebut tidak menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri.

Masalah yang Diangkat

Modernisasi menggeser kandungan nilai kain tenun, sehingga tradisi menenun tidak lagi popular. Pemerintah yang mulai meyoroti masalah ini kemudian mengampanyekan pemanfaatan tenun tradisional sebagai pakaian khas daerah masing-masing. Namun kebutuhan tenun dalam jumlah banyak tentu saja sulit diwujudkan oleh praktisi tenun, karena proses menenun yang rumit dan membutuhkan waktu lama. Mengisi kekosongan tersebut, muncullah tenun produksi masal hasil mesin industri, bahkan tenun cetak, yang dewasa ini menjadi saingan ketat tenun asli, yang dikerjakan secara manual dengan alat-alat tradisional, karena menawarkan harga yang jauh lebih murah. Penenun, yang jumlahnya sudah langka, menjadi sulit untuk tetap bertahan pada idealismenya mempertahankan warisan budaya leluhur, karena terdesak dengan kebutuhan ekonomi. Sementara itu, seperti yang lumrah diketahui, sebagian besar penenun adalah perempuan dan sebagian besar penjualan kain tenun menjadi sumber penghasilan utama mereka. Berbagai inovasi kemudian dikembangkan, salah satunya dengan menjadikan tenunan sebagai bahan baku dalam membuat produk seperti pakaian, tas, dan sepatu. Namun banyak brand lokal yang kurang menjangkau pasar di perkotaan, baik karena faktor mediasi maupun karena design yang kurang sesuai dengan selera pasar. Sementara, seharusnya pemahaman mengenai filosofi tenun tradisional bisa menjadi salah-satu nilai tambah dari produk-produk tersebut, yang sayangnya informasinya belum terdokumentasi dengan baik.

Indikator Sukses

1) Berhasil menyusun naskah dokumentasi mengenai pesona kain tenun NTB, yang siap diangkat ke penerbit 2) Berhasil membuat produk kerajinan tangan menggunakan tenunan, yang dapat diterima oleh masyarakat perkotaan 3) Edukasi dan Informasi yang disampaikan dapat menarik pembaca dan diterima dengan baik, yang diketahui melalui evaluasi ketercapaian menggunakan quiz yang berhadiah/giveaway, yang disampaikan melalui sosial media.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.35 Juta

Durasi Proyek

4 bulan