150 - Revitalisasi akses panjak perempuan dalam seni Seblang

Nama Inisiator

Agnes Serfozo

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

3 tahun di bidang penelitian cultural studies, 9 tahun di bidang seni budaya sebagai seniman karawitan (pesindhen)

Contoh Karya

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Seblang merupakan seni upacara bersih desa Bakungan, Banyuwangi. Tarian Seblang merupakan salah satu kesenian paling kuno di wilayah Banyuwangi. Nama Seblang menuju ke acara ritual maupun ke pelaku tari sekaligus yang turun secara matrilinear. Selain Seblang, ada pula peperempuan lain terlibat dalam kesenian tersebut, yaitu pengudang, perias maupun pemain gamelan (panjak). Namun lima tahun terakhir terjadi perubahan secara tidak alami, yaitu panjak perempuan diganti panjak laki-laki. Menurut hasil kajian penulis, karena biaya pementasan dengan panjak perempuan membebankan anggaran pelaksanaan Seblang yang sumbernya dari iuran sukarela warga setempat, mengingat bahwa kostum dan tatarias perempuan lebih mahal dibandingkan laki-laki. Semula itu, panjak perempuan berhenti latihan karawitan, dan tidak lagi dilibatkan dalam pentas Seblang sebagai pemain gamelan. Proyek ini tujuannya memberi akses bagi panjak perempuan untuk ikut serta berkarya lagi dalam Seblang . Proyek dapat menjangkau realisasi tujuan tersebut melalui tiga tahap. Tahap pertama, melakukan sosialisasi untuk menyampaikan tujuan, dan mengumpulkan panjak perempuan yang sudah berpengalaman maupun yang belum namun memiliki niat. Tahap kedua memfasilitasi sarana latihan (koordinator, pelatih, konsumsi dan keperluan lainnya) sehingga latihan berjalan dengan intensitas sesuai kesepakatan. Tahap ketiga menunjang persiapan pentas Seblang khususnya kebutuhan dan sarana bagi panjak perempuan, sehingga bisa mengikuti pentas Seblang Bakungan 2018.

Latar Belakang Proyek

Seblang merupakan seni ritual upacara bersih desa yang mengekspresikan konsep kepercayaan penduduk sehingga dianggap sakral. Namun akibat perkembangan jaman terjadi banyak pergeseran dalam kebiasaan pelaksanaan Seblang sehingga sakralitasnya semakin dapat dipertanyakan. Pada asalnya Seblang mencerminkan wordview masyarakat petani; mitos kesuburan yang sangat melekat dengan entitas perempuan, di mana bumi pertiwi dipercaya sebagai ibu, dan kesuburan menjelma dalam wujud Dewi Sri. Namun sekarang kepercayaan ini telah keropos keutuhannya karena perubahan ekologis (berkurangnya lahan pertanian), perubahan budaya (semakin heterogennya penduduk desa secara etnisitas, kedudukan sosial maupun latar belakang budaya) dan perubahan gaya hidup (dari masyarakat petani menjadi masyarakat pinggir kota). Salah satu perubahan dalam tata laksana Seblang adalah, pemain gamelan yang semulanya perempuan semua, diganti panjak laki-laki, dengan alasan biaya. Ahkirnya, perempuan-perempuan setempat juga tidak melanjutkan kegiatan karawitan dalam bentuk lain pun. Perlu melihat bahwa Seblang kini dipengaruhi oleh kepentingan budaya dan politik sehingga tercipta senter dan periferik. Akibatnya, para pelaku Seblang perempuan yang konon berasal dari kalangan petani swasta tanpa jenjang pendidikan, semakin terpinggirkan dan tidak memiliki kesempatan berpartisipasi dan berkarya dalam Seblang. Perubahan tersebut diatur oleh senter yang memiliki prestige, privilege dan power. Seblang menjadi komoditi pariwisata Banyuwangi, namun beriring komodifikasi terjadi kelunturan nilai-nilai aslinya dan keutuhannya.

Masalah yang Diangkat

Perubahan tersebut diatur oleh senter yang memiliki prestige, privilege dan power, dan tidak memiliki keterikatan dengan konsep seni Seblang maupun kepercayaan masyarakat Bakungan. Salah satu contoh, bagaimana panjak putri sudah tidak bisa berkarya dalam Seblang. Kepentingan senter mengabaikan peran perempuan dalam Seblang secara konkrit (kehadiran fisik sebagai panjak), maupun kehadirannya sebagai entitas feminim yang secara immanen lebih dekat dengan kekuatan alam khususnya kesuburan pertumbuhan flora. Perlu menegaskan bahwa masalah perubahan panjak putri menjadi panjak laki-laki, juga berdampak ke keberlangsungan kelestarian tradisi gending-gending asli Seblang. Perempuan berperan sebagai pengasuh utama dalam edukasi informal generasi-generasi muda. Dalam praktek kesehariannya perempuan melalui nyanyian, dongeng dan bermain musik bersama anak-anak, memiliki peran kunci dalam proses mewariskan dan menanam citarasa estetika gending lokal ke mereka. Gending-gending Seblang (Sekar Jenang, Kembang Dirmo, Uga-Uga, Seblang Lokento dsb.) merupakan warisan paling kuno dalam gagrak karawitan Banyuwangi, dan mengandung sebuah kearifan lokal mengenai dunia khususnya alam. Keasadaran terhadap kekayaan kearifan tersebut dapat membawa dampak positif terhadap kesadaran ekologis maupun terhadap pentingnya peran perempuan. Perempuan dalam konteks Seblang adalah entitas yang melambangkan kesuburan, maupun dalam wujud konkrit, panjak perempuan menjaga kearifan lokal tentang alam dalam bentuk karya seni gending untuk mewariskan ke generasi-generasi .

Indikator Sukses

Indikator sukses proyek ini adalah bila kaum perempuan desa Bakungan terdorong dan termotifasi memulai lagi latihan karawitan yang sejak 5 tahun tidak berlanjut. Harapannya, karena sebagaian perempuan sudah memiliki pengalaman sebagai panjak Seblang, akan dapat mencapai tingkat kecukupan dalam sajian gending-gending Seblang dalam waktu dekat. Indeks kesuksesan yang diharapkan adalah bila sebagian dari mereka dapat ikutserta dalam pementasan Seblang berikutnya sebagai panjak. Pentas Seblang Bakungan akan terlaksana sehabis Hari Raya Idul Adha 2018, biasanya kamis atau minggu berikutnya antara tanggal 23-30 Agustus, ketentuan tanggal pelaksanaan akan dipastikan oleh Ketua Adat Bakungan. Kerjasama dengan para pemangku dan ketua adat Bakungan dapat meningkatkan tingkat kesadaran warga setempat terhadap keutuhan seni Seblang sehingga semakin bertanggung jawab dalam pelestariannya, khususnya sebagaimana kaum panjak perempuan harusnya tidak terhambat. Mengingat bahwa Seblang Bakungan setiap tahun menarik wisatawan luar daerah maupun negeri sebagai penonton, sangatlah krusial mengadakan restaurasi maupun revitalisasi terhadap keutuhan asli Seblang sebagai seni maupun sebagai konsep kepercayaan hasil kearifan lokal.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.50 Juta

Durasi Proyek

5 bulan