151 - Warisan Komunal dalam Truk Makanan

Nama Inisiator

Aqiedah Wahyuni

Bidang Seni

kuliner

Pengalaman

6 tahun

Contoh Karya

20170310_115224.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek ini adalah sebuah konsep kerjasama bisnis kuliner yang diolah dalam bentuk makanan beku dan siap saji, yang dipasarkan secara bergerak menggunakan Truk Makanan, sehingga lebih leluasa menjangkau target pasar, serta berupaya menggabungkan nilai bisnis dengan nilai sosial, ekonomi, budaya, entrepreneurship dan edukasi tentang kekayaan kuliner tradisional Indonesia dari satu daerah ke daerah lain di Propinsi Kalimantan Tengah. Proyek ini melibatkan para ibu rumah tangga, perempuan muda yang belum mendapatkan pekerjaan serta perempuan pelaku usaha industri rumah tangga sebagai mitra utamanya. Truk makanan berfungsi sebagai “Galeri Berjalan” yang menjual menu makanan tradisional. Sehingga, akan terjadi pertukaran produk olahan perempuan di daerah yang satu dengan produk olahan perempuan dari daerah lainnya, serta pertukaran informasi dan edukasi secara langsung kepada pembeli tentang kekayaan budaya kuliner tradisional Indonesia. Melalui proyek ini diharapkan para perempuan akan memperoleh peluang yang lebih luas untuk meningkatkan pendapatan keluarga, mencapai kemandirian finansial, membuka lapangan kerja, menumbuhkan semangat entrepreneurship, sekaligus meningkatkan wawasan dan kesadaran masyarakat tentang kekayaan budaya kuliner tradisional Indonesia melalui metode “merasakan” secara langsung.

Latar Belakang Proyek

Seiring waktu, saya melihat bahwa kuliner tradisional semakin menurun pamornya jika dibandingkan dengan menu kuliner dari luar. Bahkan, “kids jaman NOW” lebih mengenal citarasa menu Jepang dibandingkan eksotiknya citarasa Wadi khas Dayak. Bukannya anti-budaya luar atau anti-modernisasi. Namun, kondisi ini memprihatinkan. Lama kelamaan kuliner tradisional Indonesia akan menjadi “menu asing” di lidah anak bangsa sendiri. Padahal, banyak filosofi kearifan lokal yang terkandung dalam budaya kuliner tradisional kita, yang dapat diwariskan kepada generasi penerus bangsa ini. Masyarakat multikultur di Kalteng adalah sebuah “literatur hidup” budaya kuliner tradisional Indonesia dan memiliki potensi ekonomi bila dikembangkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan secara bergerak. Bayangkan, masyarakat di desa bisa mengenal langsung citarasa Sop Konro, kuliner khas Sulawesi Selatan, dengan membeli produk hasil olahan perempuan Makassar yang bermukim di kota Palangka Raya. Atau sebaliknya, warga Sunda yang bermukim di Kalteng bisa mengenal langsung citarasa Kenta, kuliner khas Kalteng yang diolah oleh perempuan Dayak. Pertukaran informasi dan edukasi budaya melalui metode “merasakan” ini akan jauh lebih berkesan. Melalui proyek ini, saya mencoba membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua perempuan untuk bergandengan tangan menjaga warisan komunal kuliner tradisional Indonesia, mendapatkan keuntungan ekonomis bersama dan mencapai kemandirian finansial.

Masalah yang Diangkat

Banyak ibu rumah tangga yang memiliki kemampuan seni olah kuliner tradisional menginginkan “karya”nya dapat bernilai lebih. Baik nilai ekonomis maupun nilai psikologis. Namun, banyak faktor penghalang yang menyurutkan keinginan tersebut, seperti kondisi keadaan yang berkaitan dengan waktu, perijinan (baik ijin dari suami maupun ijin pemerintah), wawasan dan teknik pemasaran, permodalan, serta tanggung jawab moral terhadap keluarganya. Di sisi lain, banyak juga perempuan “modern” yang mulai meninggalkan seni olah kuliner tradisional. Keterbatasan waktu dan kepraktisan menjadi alasan utamanya, selain keterbatasan pengetahuan dan pengalaman terhadap resep masakan tradisional. Bagi sebagian perempuan yang berkarya di bisnis kuliner skala industri rumah tangga, kebanyakan masih terkendala perputaran modal dan jangkauan pemasaran, serta membagi tanggung jawab untuk keluarga, terutama anak. Ada yang tergiur untuk “bermain” dengan retail modern, pada akhirnya terpaksa menerima “kekalahan” karena tidak memiliki cukup modal untuk diputar sesuai dengan “aturan main” retail. Bagi para perempuan yang belum mendapatkan pekerjaan, proyek ini dapat menjadi lapangan pekerjaan dan membangun jiwa entrepreneurship. Sehingga nantinya dapat menciptakan peluang usaha sendiri dan mencapai kemandirian finansial. Sebagai pelaku usaha kecil, saya tidak memiliki dana yang cukup untuk mewujudkan idealisme dan impian besar saya tersebut. Melalui program hibah tunai ini saya berharap akan mendapatkan jalan untuk mewujudkannya.

Indikator Sukses

Semakin bertambahnya daftar supplier perempuan dan daftar menu kuliner tradisional Indonesia yang dijual melalui truk makanan ini. Semakin bertambahnya pendapatan supplier seiring bertambahnya permintaan terhadap produk olahannya. Semakin terbukanya wawasan dan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan budaya kuliner tradisional Indonesia yang ditandai dengan “repeat order” terhadap produk-produk olahan para perempuan. Ke depannya, di luar durasi proyek, saya berharap dapat menyisihkan keuntungan bisnis yang diperoleh untuk mendokumentasikan filosofi dan story telling tentang budaya kuliner tradisional Indonesia dalam bentuk buku kumpulan Food Photography dan resep aslinya serta inovasi-inovasi baru terhadap resep warisan komunal tersebut sebagai bentuk dari rasa syukur dan apresiasi terhadap proyek hibah tunai Cipta Media Ekspresi dan semua perempuan yang terlibat dalam proyek ini.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.609 Juta

Durasi Proyek

9 bulan