196 - MENYIBAK JEJAK COLOMBO

Nama Inisiator

Musliichah

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

Buku Bunga Rampai Kearsipan diterbitkan UGM Press (2016), Tim Pegiat Budaya Indonesia Bidang Historian (Kemdikbud 2016), Produksi film dokumenter "Pahatan 5 Sila" (2017), "Sang Idola" (2017), "Risalah Sardjito" (2018), penelitian Peran UGM dalam Reformasi dimuat dalam Jurnal Khazanah (2017), tulisan tentang Peran Arsip dalam Pengembangan Kawasan Strategis Keistimewaan DIY dimual dalam Jurnal Kearsipan (2017).

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

“MENYIBAK JEJAK COLOMBO”, rangkaian perjalanan melacak dan mengungkap peristiwa bersejarah pada tahun 1959 yang melibatkan puluhan negara yaitu Konferensi Rencana Colombo. Peristiwa ini terjadi pada Oktober-November 1959 di Yogyakarta dan merupakan peristiwa bersejarah yang memiliki nilai strategis dibidang politik, ekonomi, dan budaya bukan hanya Indonesia tetapi juga dunia. Salah satu jejak peristiwa ini adalah adanya Jalan Colombo di Yogyakarta. Proyek ini dilakukan untuk melacak, mengidentifikasi, dan menyelamatkan sumber-sumber sejarah dan heritage berupa arsip yang dapat menjadi memory of the word dan situs atau bangunan yang dapat menjadi heritage/cagar budaya. Bukti-bukti sejarah tersebut didokumentasikan menjadi sebuah karya seni berupa film dokumenter dan buku yang menceritakan latar belakang, untuk apa, bagaimana, dan apa dampak dari peristiwa tersebut. Selanjutnya dilakukan sosialisasi dan diseminasi karya dalam bentuk bedah film dan buku dengan mengundang para stakeholder, pakar terkait serta publik secara luas.

Latar Belakang Proyek

Pengembangan peradaban bukan hanya monopoli sekelompok jenis orang. Perempuan juga memiliki hak untuk turut berperan dalam membangun peradaban. Membangun peradaban masa kini dan masa depan tak bisa dilepaskan dari sejarah masa lalu. Sejarah menjadi bagian penting dalam proses tumbuh kembang sebuah bangsa dan perlu disampaikan lintas generasi. Melacak, menyelamatkan, mendokumentasikan, dan menyajikan sumber-sumber sejarah menjadi langkah strategis untuk menjaga jati diri sebuah bangsa dan peradaban. Penyelamatan dokumen dan situs-situs bersejarah atas peristiwa Konferensi Rencana Colombo akan menjadi langkah strategis untuk menjadikannya memory of the world dan cagar budaya sekaligus mengembangkan kawasan strategis keistimewaan DIY. Film dokumenter dan buku dipilih sebagai sarana pendokumentasian dan penyajian. Ada keterbatasan ruang ekspresi ketika proses berkarya ini dilakukan dalam naungan sebuah institusi. Diperlukan “ruang mandiri” agar karya lebih hidup dan ekspresif. Untuk menyibak peristiwa Colombo, ingin diwujudkan sebagai karya mandiri. Langkah telah dirintis dengan penelusuran data awal serta pengadaan sarana pendokumentasian berupa kamera. Perlu kolaborasi pelaku seni budaya lainnya serta investasi sarana untuk keberlanjutan berkarya. Melalui proyek ini, perempuan dapat menunjukkan karya dan sumbangsihnya dalam pelestarian budaya dan sejarah Indonesia dan dunia. Masalah bangsa dan budaya bukan hanya ranah laki-laki, perempuan juga memiliki hak untuk berperanserta.

Masalah yang Diangkat

Peristiwa Konferensi Rencana Colombo yang berlangsung Oktober-November 1959 di Yogyakarta dengan dihadiri berbagai negara tidak banyak diketahui oleh publik bahkan pengguna bangunan tempat terselenggaranya peristiwa tersebut. Terbukti dalam artikel pada website resmi pemerintah pun hanya menyampaikan Indonesia sebatas menjadi anggota Colombo tidak menceritakan bahwa Indonesia pernah menjadi tuan rumah Konferensi Rencana Colombo pada tahun 1959. Saat ini situs dan bangunan tempat peristiwa tersebut belum teridentifikasi. Kemungkinan besar beberapa bangunan atau situs telah diubah sehingga tidak terjaga keaslianannya. Sebagai sebuah fakta sejarah, peristiwa ini juga belum banyak terungkap dan didokumentasikan sehingga nyaris hilang dari ingatan kolektif Bangsa Indonesia. Sumber-sumber sejarah yang dapat menceritakan peristiwa besar tersebut masih tercecer diberbagai tempat dan jika tidak segera dikumpulkan, diselamatkan, dan dirangkai menjadi sebuah cerita maka peristiwa ini akan benar-benar hilang. Sumber informasi terekam (arsip) sangat terbatas.Sebagian informasi peristiwa ini ada dalam ingatan para pelaku sejarah yang diasumsikan usia mereka saat ini berkisar diatas 85 tahun, sebuah usia yang sudah “kritis”. Kita berpacu dengan waktu untuk mengumpulkan dan menyelamatkan memori para pelaku sejarah yang belum terlacak keberadaannya.

Indikator Sukses

1. Teridentifikasi sumber-sumber sejarah Konferensi Rencana Colombo berupa dokumen baik berupa tekstual, foto, audio visual, pemberitaan media dan sebagainya yang dapat diusulkan sebagai memory of the world 2. Teridentifikasi situs berupa tempat dan bangunan-bangunan tempat bersejarah Konferensi Rencana Colombo itu terjadi sehingga dapat diusulkan sebagai cagar budaya 3. Terlacak sejarah peristiwa Konferensi Rencana Colombo sehingga dapat diketahui latar belakang, tujuan, dan dampak dari peristiwa tersebut 4. Tersusun dokumentasi bukti-bukti peristiwa Konferensi Rencana Colombo dalam bentuk buku 5. Terproduksi film dokumenter tentang Konferensi Rencanan Colombo 6. Terselenggaranya acara sosialisasi hasil riset berupa bedah film dan buku

Dana yang Dibutuhkan

Rp.99 Juta

Durasi Proyek

8 bulan