248 - Perempuan dalam Produksi Artefak Budaya di Pulau Kecil

Nama Inisiator

Arlinah Madjid

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

10 tahun

Contoh Karya

Buku UNDP.jpg

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Produksi kebudayaan, baik sebagai ide atau artefak, seringkali dilekatkan pada kaum laki-laki. Padahal, banyak ide dan pengetahuan budaya lokal mewujud sebagai artefak melalui tangan-tangan perempuan. Demikianlah yang terjadi pada masyarakat Pulau Mare di Maluku Utara. Masyarakat di pulau kecil ini telah dikenal sebagai satu-satunya pulau penghasil gerabah yang mendistribusikan produknya secara lintas pulau sejak ratusan tahun lalu. Di pulau ini, pembuatan gerabah hanya boleh dilakukan oleh perempuan. Laki-laki bertugas memperdagangkannya keluar pulau. Saat ini, produk mereka mendapatkan tantangan dari produk massal berbahan plastik dan logam yang harganya jauh lebih murah dan bervariasi bentuknya. Gerabah Mare kini hanya ditemukan di sudut-sudut sempit pasar tradisional di kawasan Maluku Utara. Sebelum perempuan menyerah pada serangan produk pabrikan, proyek ini ingin mendokumentasikan dan menarasikan perempuan-perempuan yang terlibat dalam produksi artefak budaya di Pulau Mare Maluku Utara. Narasi ini tentang bagaimana mereka memaknai gerabah sebagai salah satu bagian inti dari produksi kebudayaan lokal. Kajian dan luaran diharapkan mampu menjadi landas gerak para pemerhati sosial budaya dan seni untuk turut memikirkan dan terlibat dalam keberlanjutan produksi artefak budaya di pulau-pulau kecil Indonesia. Dokumentasi ini juga penting agar partisipasi perempuan tidak menghilang dalam narasi sejarah lokal di masa mendatang.

Latar Belakang Proyek

Pada tahun 2009, saya melakukan riset tentang pengobatan tradisional di Pulau Mare. Saat itulah saya menemukan kelompok perempuan pengrajin gerabah. Beberapa tahun kemudian, saya mulai menyadari bahwa gerabah Mare semakin sulit ditemukan dalam pasar tradisional di Ternate dan Tidore. Kalaupun ada, harganya menjadi sangat mahal dibandingkan produk plastik atau logam dalam bentuk dan fungsi yang sama (misalnya panci atau pot). Beberapa penjual menyatakan gerabah Mare menjadi mahal karena semakin kurang diproduksi. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa produk Mare sebentar lagi menghilang, bahkan dapat terlupakan oleh masyarakat. Padahal, produksi gerabah menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat di pulau kecil Mare. Jika gerabah Mare tidak lagi bisa bersaing dengan produk pabrikan, para perempuan Mare akan berhenti memproduksi. Mereka akan kehilangan salah satu sumber pendapatan rumah tangga. Sebelum para perempuan Mare berhenti menghasilkan gerabah, sebelum para lelaki Mare lupa pada rute perdagangan laut antarpulau, dan sebelum generasi muda Maluku Utara kehilangan narasi sejarah lokalnya, maka saya memandang penting untuk mendokumentasikan aktivitas produksi gerabah di Pulau Mare.

Masalah yang Diangkat

Permasalahan utama adalah semakin menurunnya produksi gerabah Mare dan semakin banyaknya produk pabrikan yang masuk ke pasar tradisional. Riset ini ingin mengetahui bagaimana perempuan penghasil gerabah menghadapi tantangan tersebut. Riset ini bertujuan (1) mendokumentasikan aktivitas produksi gerabah Mare dalam bentuk film dokumenter, dan (2) menghasilkan narasi etnografi tentang kebudayaan lokal di mana perempuan berpartisipasi sebagai agen dalam arena produksi kultural.

Indikator Sukses

menghasilkan film dokumenter dan publikasi ilmiah yang dapat diakses oleh masyarakat umum.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.250 Juta

Durasi Proyek

9 bulan