296 - film animasi kampung yalibe

Nama Inisiator

Reny Naomi Thosuly

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

14 tahun

Contoh Karya

minialis 2.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Besar harapan saya melalui Cipta Media Ekspresi ini bisa menjadi jembatan penghubung dalam melestarikan budaya serta kearifan lokal yang telah ada di papua serta menjadi rumah bagi pekerja seni film maupun audio visual. Saya melihat perluang besar yang belum digali oleh perempuan papua dan saya mau untuk mengali mimpi itu dalam dunia film. Adanya bantuan dana hibah ini saya bisa lebih mengali potensi-potensi yang ada di tanah papua ini. Hambatan saya dan kendala yang saya alami adalah kurangnya dana pendukung dalam penyediaan sarana dan prasana dalam memproduksi film. Selama ini kami menggunakan alat yang sangat minim dan sederhana dalam bekarya. Di papua sendiri bisa dikatakan kami mampu bersaing dengan teman-teman bekerja seni lain yang ada di indonesia namun keterbatasan kami dalam property shooting sangat minim, memberikan kepercayaan kami sebagai perempuan papua untuk tampil beda berkarya adalah hal yang kami harapankan. Saatnya kami perempuan papua bisa berdiri di garis depan dalam dunia perfilman baik di indonesia maupun mancanegara.

Latar Belakang Proyek

Tahun 2008 saya memutuskan untuk balik ke papua dan saya memberikan hidup untuk membantu dan mengajar anak-anak pedalaman papua serta mama –mama asli papua dalam membaca, menulis, memasak. Sayapun bekerja sama dengan pemerintah dan LSM dan sempat membantu memproduksi sebuah film semi dokumenter soal proses kelahiran (mama dalam melahirkan). Selama 7 tahun saya belajar mengenal budaya pegunungan yang begitu luar biasa. Konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang beragam untuk diangkat dalam sebuah film, budaya dan kearifan lokal yang perlu di pertahankan dalam perubahan zaman. Tahun 2016 saya bergabung sebagai dosen seni (ISBI tanah papua) sayapun lebih aktif dalam membagi ilmu dan pengalaman saya dalam dunia film, memberikan motivasi serta semangat untuk berani tampil beda untuk maju membangun papua. Bertemu anak-anak muda papua yang memiliki mimpi yang besar untuk suatu perubahan membuat saya kembali bersemangat untuk menggali potensi yang mereka sudah miliki. Inilah awal saya memulai perjalanan saya kembali dalam dunia perfilman.Kami berharap dengan adanya cipta media kreasi bisa membantu kami dalam menyelesaikan proyek kami yang sedang kami kembangkan, kami pun memutuskan untuk berani tampil beda dengan mengambil keputusan untuk memproduksi sebuah karya film animasi pertama di papua yang mengangakat soal kehidupan sehari-hari.

Masalah yang Diangkat

film animasi kampung yalibe Bercerita kehidupan/ kearifan lokal , kebudayaan, persahabatan, bahasa dan latar budaya yang berbeda namun tidak menutup mata dalam menghargai satu dengan yang lain. Kampung yalibe terletak di pedalaman papua. Minieles seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, tubuh dan besar dengan alam papua yang kuat, minieles tidak pernah tahu soal kehidupan perkotaan, memakai sendalpun tidak pernah dirasakan minieles, baju yang dipakaipun sudah sobek, inggus yang selalu merekat dalam wajah minieles. Suatu saat di kampung yalibe (kampung minieles) kedatangan 2 keluarga yang berbeda. Keluarga nelson dan keluarga elisabeth. Keluarga nelson merupakan keluarga campuran yang berasal dari papua jawa, nelson memiliki karaktek antogonis yang sombong, kasar, suka pamer dengan barang-barang modern (sosoalite) sedangkan keluarga elisabeth sendiri merupakan keluarga campuran papua jerman, elisabeth tubuh dan besar di jerman namun kecintaan elisabeth akan tanah kelahiran orang tuanya membuat elisabeth harus datang dan berkunjung ke kampung yalibe, disinilah konflik terjadi dan sebuah cerita harus di sampaikan serta rahasia dari kehidupan minieles itu sendiri yang harus menyimpan rasa kesedihan selama 11 tahun. Tiga budaya yang berbeda harus di ramu menjadi sebuah cerita (kisah nyata) animasi yang membuat penonton harus bisa menghargai dan menjaga budaya itu sendiri tanpa harus mengubah kebudayan itu

Indikator Sukses

1. Melalui film animasi ini kami harapkan bisa menjadi jembatan penghubung antar lintas generasi. 2. Memberikan peluang kepada para kaum wanita dalam berimajinasi bukan saja bagi kaum pria tapi wanita juga bisa trampil dalam dunia perfilman 3. Menjadi wadah dan prasarana sebagai rumah produksi yang memproduksi berbagai cerita film baik animasi, fiksi , dokumenter, iklan, layanan masyarakat maupun penyuluhan. 4. Mengakat kehidupan serta kearifan lokal yang di miliki oleh suku-suku yang ada di papua secara garis besar. 5. Menjadi wadah dan tempat berkreasi anak muda di papua. 6. Menggakat kembali kisah-kisah sejarah budaya papua yang hampir punah. 7. Mendorong bakat terpedam anak muda papua dalam bekarya. 8. Menumbuhkan rasa cinta dan menghargai akan budaya lokal dan kearifan budaya papua.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.150 Juta

Durasi Proyek

6 bulan