383 - "Bayangan Masa Lalu" ("Shadow of the Past")

Nama Inisiator

Arahmaiani

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

37 tahun

Contoh Karya

Shadow of the Past, Gotheberg30, 2015.JPG

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Saya ingin membuat karya seni performance yang akan direkam sebagai karya foto dan video yang akan dilakukan di 2 tempat bersejarah (Magelang & Muara Jambi ). Dua tempat ini menggambarkan penelusuran sejarah masa lalu Buddhisme Nusantara. Selain foto dan rekaman video juga akan diterbitkan buku ajaran yang dulu berasal dari Nusantara yang sekarang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia (dan belum diterbitkan). Ya karya ini memang bukan karya baru - saya masih mengolahnya terus karena memang materinya sangat kaya. Rencananya hasil proyek ini akan di ikut sertakan dalam pameran tunggal saya yang akan dilaksanakan pada bulan November 2018 di Museum Macan, Jakarta.

Latar Belakang Proyek

Inspirasi karya ini adalah peninggalan Buddhisme Nusantara yang saya pelajari ketika bekerja dengan para biksu mengurus masalah lingkungan hidup di Plateau Tibet (2010-sekarang). Juga di India untuk belajar sejarah maupun ajaran Buddha yang datang dari Indonesia di masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Medang di Jawa (Wangsa Syailendra - pendiri candi Borobudur). Ajaran Buddha Nusantara memiliki keunikan tersendiri dimana ajaran dari berbagai aliran dan keyakinan lain bisa dipadukan. Lalu dipraktekan dalam kehidupan budaya terbuka yang bersifat sinkretis - yang lalu menjadi ciri dan karakter budaya Nusantara. Dimana aspek Buddhisme, Hinduisme maupun Animisme bisa berasimilasi dalam struktur yang jelas. Selain menempatkan perempuan pada posisi teratas (ajaran Pradnyaparamita : pengetahuan tertinggi dan kebijaksanaan tertinggi. Dulu ajaran ini dibawa biksu Atisha ke Tibet dan dipelajari hingga saat ini). Begitu juga ketika Islam masuk terjadi proses yang sama. Hal penting lain adalah hubunganya dengan cara pikir modern. Lewat penemuan-penemuan ilmiah mutakhir yang bersifat trans-disiplin menunjukan fakta-fakta yang bisa menjelaskan ajaran-ajaran spiritual ini. Jadi memungkinkan dipahami cara pikir masa kini. Yang akan membantu kita memahami prinsip "kesimbangan enerji feminin & maskulin". Untuk mengimbangi kehidupan modern yang cenderung berorientasi material dan menganggap segala sesuatu sebagai objek. Menempatkan perempuan dan minoritas di posisi sekunder, selain merusak lingkungan hidup.

Masalah yang Diangkat

Pemahaman sejarah amat penting dalam konteks situasi hari ini. Kita bisa belajar dari masa lalu untuk mengatasi persoalan intoleransi maupun kebencian pada yang liyan yang terjadi bukan saja di Indonesia tapi melanda masyarakat global saat ini! Memang ini erat hubunganya dengan permainan politik adu-domba yang sedang gencar dilakukan berbagai pihak yang mengejar posisi kuasa dan uang (yang bersifat partriakis didominasi kaum lelaki). Bagaimana budaya dan agama diinstrumentalisasi dan menciptakan suasana permusuhan - dimana perempuan dan minoritas sering dijadikan sasaran. Maka dibutuhkan pengertian dan penghargaan pada berbedaan atau penghormatan pada keberagaman. Gaya hidup yang didominasi enerji maskulin dan cenderung bersifat materialistis ini juga telah membawa petaka lingkungan hidup. Alam yang dilihat hanya sebagai objek menjadi sasaran keserakahan dan dirusak secara membabi-buta. Dalam falsafah kuno dan budaya masyarakat adat biasanya alam itu digambarkan sebagai perempuan (wakil enerji feminin). Di Indonesia biasa disebut: Ibu Pertiwi. Saya akan mengajak photografer dan videografer profesional dengan pertimbangan media foto dan video mudah dikomunikasikan pada publik. Sehingga bisa memberikan pemahaman dan kesadaran akan masa lalu yang berharga. Budaya yang beradab dan manusiawi mestinya bisa membantu masyarakat memahami persoalan identitas dan politiknya. Selain menghargai lingkungan alam yang menjadi rumahnya.

Indikator Sukses

Bisa dikomunikasikan ke publik - dan memicu diskusi

Dana yang Dibutuhkan

Rp.85 Juta

Durasi Proyek

3 minggu