586 - SANGGUL TEGANG,

Nama Inisiator

YUSNIARTI PILIANG DRA

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

Bekarya mulai tahun 1988, mulai dari menulis cerpen, puisi, reportase, menjadi jurnalis cetak sampai ke media televisi. Mulai dari mesin tik, IBM hingga era digital. Merasakan sekali pergeseran budaya.

Contoh Karya

OBB.mp4

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Sanggul Tegang atau sebagian suku Melayu menyebutnya Sanggul Lipat Pandan, aslinya dilapisi batang pisang ditambah lilitan daun pandan. Dulunya, menjadi style khas pengantin wanita Melayu. Proyek ini bukan sekedar membangkitkan style rambut yang hilang, tapi membangkitkan spirit Melayu di kalangan generasi muda di Tanah Deli. Dimulai dengan membantu mengembangkan program Latihan Gratis membuat Sanggul Tegang yang sudah dilakukan Muliani, wanita perias pengantin di Desa Tualang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat. Pelatihan akan menyebar di wilayah Melayu lainnya, seperti Kota Binjai, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Sergai, Kota Tebingtinggi, Kota Tanjung Balai dan Kabupaten Asahan. Usai pelatihan gratis terhadap 1000 perempuan. Puncaknya digelar Festival Budaya Melayu di Kota Medan, melibatkan 1000 peserta pelatihan dan 2000 perempuan sebagai talent ditambah para seniman Melayu dan organisasi perempuan di Sumatera Utara. Saya akan mendokumentasikan proses pembuatan sanggul melayu dan menjadikannya bahan pelajaran untuk seluruh perias pengantin Melayu yang dapat didownload di dunia maya.

Latar Belakang Proyek

Saya lahir di kota Medan, tanah Deli. Sejak kecil mendengar lagu Melayu dan berbagai budaya Melayu, meski ayah saya suku Minang dan ibu saya suku Jawa Deli. Saya terlahir dengan jiwa Melayu. Tapi, ketika saya tumbuh besar, beranjak dewasa dan hingga kini parobaya, saya melihat tradisi Melayu terkikis termasuk Sanggul Tegang yang saya temukan beberapa pekan yang lalu di kawasan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat. Saya melihat Muliani, perias pengantin mengajari para janda dan perempuan putus sekolah merias pengantin dan Sanggul Tegang dengan menggunakan batang pisang sebagai penahan ketinggian rambut. Saya tercekat, "Allah, ini perempuan luar biasa dan saya harus membantunya." Ditengah tata rias modern dengan penuh kemudahan, Muliani memilih mempertahankan tradisi asli, batang pisang. Ini memberi inspirasi saya, bahwa hal sederhana dengan ketulusan, bisa menjadi Maha Karya, jika jalan-jalan lain dibukakan. Sanggul Tegang dan batang pisangnya, harus bisa mempersatukan ribuan perempuan lain dan secara tidak langsung memberi brainstroming tentang Melayu di Tanah Deli.

Masalah yang Diangkat

Sejak revolusi sosial di Sumatera Timur, seni budaya Melayu di Propinsi Sumatera Utara bagai kerakap tumbuh di batu. Upaya memulihkan kebesaran Melayu masih sendiri-sendiri dan seringkali tertindas ego maupun politik. Sanggul Tegang hanyalah satu dari ribuan seni Melayu yang kini goyah bahkan sebagian hilang ditelan zaman. Tapi dari Sanggul Tegang, saya yakin bisa memanggil hati ribuan perempuan tidak hanya perempuan Melayu, tapi perempuan yang hidup di tanah Melayu kembali ke hakikat budaya yang disampaikan melalui seni budaya yakni kasih sayang dan saling membahu.

Indikator Sukses

Saya memiliki jaringan yang cukup baik di Sumatera Utara. Perempuan yang menjadi tokoh sentral dalam program ini, yakni Muliani mencintai tradisi Melayu dan berkenan berjuang keras dan berniat mulia untuk membesarkan salah satu budaya Melayu yang tersisa. Untuk mensukseskan program akbar sekaitan proyek ini, saya akan melibatkan seniman, organisasi perempuan, jurnalis perempuan dan budayawan Melayu.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.800 Juta

Durasi Proyek

8 bulan