654 - Produksi Film Dokumenter ‘Kambeano Bontu’

Nama Inisiator

Fauzia Turizky

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

3 Tahun

Contoh Karya

Medis Transfusi Limbah (TRAILER).mp4

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Proyek produksi film dokumenter pendek durasi 25 menit bertema Kesetaraan Gender dan Pelestarian Budaya mengangkat realita tentang seorang ibu yang ingin menghidupkan peranan perempuan dalam seluruh kegiatan komunitas melalui tradisi menenun, tetapi Kondisi Sosial dan Budaya sangat mengkultuskan peranan Iaki-laki.

Latar Belakang Proyek

Sistem patriarki yang menjadi pengetahuan umum dan dianut oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan mengkultuskan peranan laki-laki lebih dominan dalam berbagai bidang membuat keberadaan perempuan ibaratnya hanya sebagai kelas kedua dalam berbudaya dan bermasyarakat. Hal ini tidak terkecuali yang terjadi di desa Masalili, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dimana peran-peran perempuan dipangkas dan seolah hanya sebagai pelengkap dalam tatanan masyarakat. Seperti pepatah kuno menyebutkan bahwa peran perempuan itu tidak lebih hanya di dapur, di sumur dan di kasur. Hal ini yang coba ditepis oleh Wa Opa dengan upayanya menghidupakan peran perempuan sebagai perlawan dari stigma atas sistem patriarki tersebut. Peran yang dilakukan oleh Wa Opa ini yakni mendirikan sebuah Komunitas Tenun, yang mana keberadaan komunitas ini melahirkan perempuan-perempuan produktif dari hasil tenun mereka. Selain itu melalui komunitas ini setiap mereka mengadakan workshop tenun sebagai bentuk kepedulian dan pelestarian identitas budaya lokal kepada generasi muda, dan setiap kegiatan workshop terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar. Dengan demikian, hasil tenun mereka pasarnya tidak hanya terjual dalam skala lokal tetapi sudah merambat pasar internasional. Hal ini tentu sangat membantu peran perempuan, disatu sisi hasil upaya meraka juga menunjang perekonomian keluarga.

Masalah yang Diangkat

Kondisi Kab. Muna yang sangat mengkultuskan peranan lelaki membuat sering kali perempuan tidak memiliki peranan apa pun. Hal ini juga berdampak didalam kehidupan perekonomian keluarga, Lelaki yang mengambil keputusan dalam pengelolahan perekonomian mereka, Tetapi sebenarnya perempuanlah yang mengatur banyak hal. Ketika kehidupan perekonomian tidak mencukupi, perempuan duduk menenun untuk mencarikan tambahan. Melihat kondisi tersebut, Ibu Wa Opa bersama sebuah komunitas dan workshop menenun yang didirikannya, ingin semakin menghidupkan peranan perempuan dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan dan kegiatan komunitas melalui tradisi menenun.

Indikator Sukses

Terciptanya karya film dokumenter pendukung kampanye Kesetaraan Gender dan Pelestarian Budaya berkelanjutan yang akan menginspirasi banyak perempuan Indonesia.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.120 Juta

Durasi Proyek

5 bulan