677 - Pengembangan Songke Manggarai

Nama Inisiator

Lusiana Limono

Bidang Seni

kriya

Pengalaman

15 tahun

Contoh Karya

katalog kait.pdf

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek ini merupakan kolaborasi antara studio KAIT dengan Jefrin Haryanto Research Center (JHRC), serta melibatkan 20 perajin perempuan di dua desa sekitar desa adat Wae Rebo, Manggarai. Subyek utama proyek ini adalah paraperempuan perajin tenun songke Manggarai yang bekerja secara komunal. Tiga kegiatan pokok yang akan dilakukan agar subyek menjadi lebih berdaya, meliputi: 1. Perajin diajak untuk memahami dan meyakini nilai tradisi kain tenun songke Manggarai memiliki makna mendalam 2. Tular ajar untuk memberi peningkatan ketrampilan agar kualitas karya meningkat, terjadi diversifikasi produk turunan tanpa meninggalkan motif tradisional. 3. Branding hasil karya dan dipublikasikan ke khalayak umum. Tahapan proyek ini meliputi: 1. Assessment, untuk memperoleh data riil meliputi: kehidupan sehari-hari para perajin, jumlah perajin, tingkat ketrampilan dan regenerasi perajin, motif dan falsafah yang terkandung. 2. Focus Group Discussion (FGD) untuk menemukan dan memahami pentingnya nilai tradisional tenun songke 3. Pendampingan: desain diversifikasi produk turunan yang lebih fungsional, pengerjaan, dan penyelesaian produk. 4. Mempublikasikan hasil kegiatan dalam bentuk buku dan video.

Latar Belakang Proyek

Kain merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan perempuan. Mulai lahir, memasuki masa dewasa, menikah, hingga meninggal dunia selalu ditandai dengan kain, terutama dalam kehidupan masyarakat tradisional. Selain sebagai produk budaya, identitas kelompok, perekat persaudaraan dan kekeluargaan, kain juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sebagai harta warisan keluarga ataupun komoditas dagang. Tak terkecuali bagi perempuan Manggarai, terutama dikaitkan dengan istilah "ata peang" (orang luar) bagi perempuan Manggarai yang berimplikasi pada ketiadaan hak waris, menyebabkan perempuan Manggarai harus menghasilkan sesuatu dari keringatnya sendiri agar lebih berdaya. Flores memiliki keragaman kain tenun yang sangat kaya, namun Songke Manggarai masih kurang begitu terdengar jika dibandingkan dengan tenun ikat. Ketika berbicara mengenai kain tenun songket, yang seringkali menyeruak adalah songket Palembang dan Minang. Oleh karenangya Songke Manggarai perlu mendapatkan perhatian dan eksposure yang tepat. Saya, sebagai perupa kriya, eksplorer, perempuan, dan juga ibu dua anak, sudah lama mengamati dan punya keinginan untuk mengeksplorasi wilayah Timur Indonesia, bersama para perempuan perajinnya. Namun, keterbatasan waktu dan biaya cukup menjadi kendala. Karenanya saya tertantang untuk mengikuti program hibah yang memberikan kesempatan berkarya ini, sebagai tanggung jawab sosial untuk melakukan upaya pengembangan dan optimalisasi kemampuan perajin. Untuk efektivitas proyek, saya berkolaborasi dengan para penenun dan lembaga peneliti setempat.

Masalah yang Diangkat

Ada dua masalah utama yang mendasari usulan proyek ini, yaitu: 1. kain tenun songke Manggarai yang diproduksi secara manual dan waktu yang cukup panjang, namun rendahnya kemampuan analisis kualitas produk dan analisis kebutuhan pasar membuat songke Manggarai kurang begitu terdengar. Hal ini mengikis minat generasi muda untuk mempertahankan songke Manggarai yang berkualitas. Perlu dilakukan diversifikasi produk yang lebih fungsional, untuk menjawab tantangan pasar, sehingga akan menarik minat masyarakat dan generasi muda agar produksi tenun songke berkelanjutan untuk menopang karya tradisional. 2. Keterbatasan akses pada benang berkualitas dan pewarnaan alami yang menjadi warisan leluhur sudah tidak dilakukan lagi.Penenun yang sudah tak lagi paham mengenai arti dan filosofi motif sebagai warisan budaya tak benda (intangible heritage). Pendataan dan dokumentasi motif tenun songke Manggarai belum banyak dilakukan. Hal ini perlu dilakukan agar generasi muda tertarik untuk mengetahu lebih dalam tentang songke Manggarai yang berakibat pada kelangsungan dan kelanjutan tenun songke Manggarai.

Indikator Sukses

1. Terdata dan terdokumentasi para perempuan perajin tenun dan latar belakangnya, tingkat ketrampilan perajin, motif dan falsafah yang terkandung dalam bentuk foto, video, dan buku. 2. Peningkatan pemahaman nilai tradisi kain tenun songke Manggarai olehsedikitnya 20 orang perempuan perajin tenun, melalui kesadaran branding komunitas. 3. Terpublikasi hasil kegiatan kepada publik. 4. Dihasilkan hingga 10 desain produk turunan dengan material dasar tenun Manggarai dan terbentuknya kolaborasi antara Studio KAIT denagn perajin Manggarai melalui sistem kerja yang lebih baik.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.450 Juta

Durasi Proyek

8 bulan