699 - Dasawisma Desa Tanah

Nama Inisiator

Loranita Damayanti

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

sejak 1993

Contoh Karya

Yumma Loranita Theo Karya.pdf

Kategori Proyek

lintasgenerasi

Deskripsi Proyek

Proyek ini bernama "Dasawisma Desa Tanah" yang memang terinspirasi dari Dasawisma atau yang lebih dikenal dengan kegiatan PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) dari tiap sepuluh rumah. Proyek ini akan diadakan oleh dan untuk warga desa di Jatiwangi, yang selama ini dikenal sebagai desa genteng/ tanah liat. Dalam proyek ini, masyarakat desa diajak untuk mencari diversifikasi produk genteng jatiwangi di era perubahan hingga menjadi usaha baru untuk mata pencaharian, (yang sudah terlihat misalnya; aksesoris genteng, alat musik tanah liat, dan batik genteng, yang pernah terealisasi namun terhenti karena kurangnya modal dan masalah lainnya. Proyek ini dijalankan bersama kolaborasi seniman lokal Jatiwangi, lintas generasi antara seniman perupa, periset muda, musisi, praktisi kesehatan yang bersinergi dengan masyarakat penduduk. Proyek ini berupaya agar masyarakat genteng Jatiwangi yang mulai terancam kelangsungannya untuk mulai berpikir dan bertindak dengan kemungkinan lain dari genteng dan tanah liat, memberikan edukasi kepada masyarakat dengan konsep dasawisma yang ideal dan direvitalisasi. Program ini adalah lanjutan dari proyek Real Labs yang dilaksanakan bersama Foa-Flux Swedia tahun 2017.

Latar Belakang Proyek

Ketertarikan terhadap program dasawisma, dimulai dari yang terkecil dan terdekat, yaitu rukun tetangga, 10 rumah yang terkuasai di wilayahnya. PKK selama ini lebih banyak diidentikkan dengan gerakan ibu-ibu bentukan Orde baru untuk mengekalkan ideologi patriarki dengan mereduksi peran perempuan hanya dalam ranah domestik. Namun demikian, kedekatan dengan negara harus diakui telah memberi PKK jangkauan yang begitu luas dan masif hingga ke pelosok desa yang terpencil di Indonesia- jangkauan yang tak dimiliki organisasi perempuan manapun lainnya. Maka dari itu PKK harus direvitalisasi, direbut, dan dimanfaatkan oleh gerakan perempuan untuk mendukung gerakan-gerakan pro perempuan yang responsif gender. Sebab bila tidak, pada era pasca reformasi ini PKK justru menjadi sarana elite lokal dan partai politik untuk menyebarkan pengaruhnya yang tak senantiasa positif bagi demokrasi dan kepentingan perempuan. Gagasan revitalisasi Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai gerakan perempuan akar rumput, bermaksud untuk memberi kontribusi bagi penguatan partisipasi dan representasi kelompok perempuan dalam membangun konteks membangun jalan demokrasi. Mendemokrasikan organisasi, di antaranya dengan mekanisme pemilihan ketua berdasarkan kompetensi, tanpa memisahkan struktur kepemimpinan dengan pemerintahan, adalah agenda advokasi yang menantang. Biasanya ketua secara otomatis, tidak dipilih, yakni sang istri kepala desa.

Masalah yang Diangkat

Belum adanya kesadaran individu masyarakat tentang kebutuhan hidup dan desanya, dan perubahan fungsi dasawisma yang mulai ditinggalkan. Masyarakat yang tidak berpikir untuk jangka panjang, untuk diri sendiri dan lingkungan Gerakan PKK yang dalam praktiknya kebanyakan hanya untuk arisan Ingin melihat kembali peran pkk yang tidak hanya dibebankan pada ibu-ibu Kebanyakan perempuan di desa atau kampung kota “tidak sadar” atas kepentingan perempuannya. Kepentingan perempuan (women’s interest) sungguh beragam, dipengaruhi oleh faktor lokasi, ras, etnis, kelas, gender, dan banyak aspek lainnya. Di Jatiwangi, mayoritas penduduk laki-laki dan bahkan perempuan adalah pengrajin genteng, di mana genteng Jatiwangi menjadi produsen terbesar genteng Indonesia sejak tahun 1905. Namun sejak tahun 2015, jumlah industri genteng terjun bebas hingga hanya beberapa yang tinggal. Para pengrajin terancam Di mana sebelumnya kehidupan pada pengrajin adalah bentuk yang ideal, dan kekeluargaan. Sebuah pemandangan yang biasa jika banyak ayunan bayi, dan anak balita bermain tanah di tempat bapak ibunya bekerja. Bahkan para manula masih bisa mengisi harinya dan beraktifitas di sana. Antara pekerja dan pemilik pun sangat harmonis dan saling toleransi. Misalnya ketika waktu tanam dan panen ke sawah, para pekerja selalu diperkenankan untuk bertani, dan kembali lagi ketika panen selesai.

Indikator Sukses

- Terbentuknya UKM dari dasawisma - Masyarakat mempunyai koperasi dasawisma - Tercipta produk yang fungsional dari genteng dan tanah liat - Mempunyai galeri pekarangan - Launching & Pameran - Menerbitkan buku dan sarana edukasi - Distribusi dasawisma ke desa lainnya

Dana yang Dibutuhkan

Rp.295 Juta

Durasi Proyek

5 bulan