704 - DALANG PANJANG RATU MAS MALANG

Nama Inisiator

DESI PUSPITASARI

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

11 tahun

Contoh Karya

Desi-Puspitasari_File-Karya-Hibah-Cipta.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek Dalang Panjang Ratu Mas Malang merupakan karya kolaborasi Desi Puspitasari bersama JARINGPROject, sebuah tim yang terlahir di Yogyakarta pada 19 Juni 2016, bergerak pada dunia seni serta budaya. Sesuai profesinya sebagai penulis, Desi Puspitasari akan membuat naskah pertunjukan yang diawali beberapa riset dan kajian, kemudian hasilnya akan dipentaskan tim JARINGPROject. Naskah tersebut berpijak dari kisah sejarah sosok perempuan bernama Ratu Mas Malang pada era kekuasaan Amangkurat. Teks karya Desi Puspitasari akan ditulis dengan mengambil cerita seputar pergulatan batin perempuan bernama Ratu Mas Malang, istri Dalang Panjang, yang akhirnya harus rela dan tak kuasa menolak saat dijadikan istri-selir oleh sosok laki-laki penguasa berjuluk Amangkurat I. Sisi-sisi ke-perempuan-an menjadi salah satu yang hendak dihadirkan pada pertunjukan ini, dengan tak menghilangkan tautan ataupun korelasi antara kisah sejarah masa lampau dengan masalah yang sedang dihadapi masa kini. Sedangkan bentuk penyajiannya juga hanya akan dilakoni menggunakan 3 aktor saja. Pementasan Dalang Panjang Ratu Mas Malang ini akan dikelilingkan (road-show), dan bersamaan itu pula akan dilakukan semacam workshop pun diskusi yang temanya lebih ditekankan pada hal terkait (pemberdayaan) perempuan. Rencana awal tiga kota tersebut adalah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta (tak menutup kemungkinan apabila di kemudian terjadi perubahan tempat/kota).

Latar Belakang Proyek

Seorang kawan di sosial media memberi tautan video yang menunjukkan bahwa setiap ada pelecehan seksual, yang salah tak harus selalu perempuan. Ketika satu kawan perempuan berkomentar ‘menarik’, di sisi lain terdapat sesama perempuan yang menyalahkan pihak perempuan itu sendiri; “...tapi bagaimanapun juga setiap lekuk perempuan menggoda dan mengundang syahwat.” Pada kesempatan berbeda, penulis melihat berita kekerasan yang dialami model Dylan Sada. Keberanian Dylan berbicara mendapat beberapa tanggapan. Ada yang mendukung dan menguatkan. Tapi serupa dengan pengalaman sebelumnya; herannya ada juga yang tetap menyalahkan. Dylan Sada dianggap bodoh karena salah memilih pasangan dan bertahan begitu lama pada toxic-relationship. Di kemudian hari, penulis pernah berkunjung ke makam Ratu Mas Malang yang berada di puncak Gunung Kelir, Pleret Bantul, Yogyakarta. Di sana penulis membaca kisah cinta yang suram antara Ratu Mas Malang dan Amangkurat I. Pada akhirnya ada hal yang bisa diperbandingkan; zaman dulu Ratu Mas Malang tak bisa mengeluarkan keluh kesah akan kemalangan nasibnya, bahkan ia harus mati (entah) bunuh diri atau diracun oleh selir-selir lain yang cemburu akibat Amangkurat I lebih mencintainya. Sedangkan pada era milenial dengan beragam kemajuan teknologi digital saat ini, perempuan yang tertindas bisa berbicara lantang, lewat sosial media misalnya. Seharusnya hal ini menjadi nilai lebih.

Masalah yang Diangkat

Posisi perempuan sering menjadi korban penindasan atas kekuasaan, dan ketika ditelaah hal itu tak bisa lepas dari stereotipe yang acapkali terdengar; perempuan adalah makhluk lemah-lembut. Sehingga, menjadi tindakan yang kurang layak ketika perempuan melakukan perlawanan pun memberontak-memperjuangkan haknya. Apalagi ketika harus melawan sosok yang “lebih berkuasa”. Tak jauh berbeda dengan Ratu Mas Malang atas tindakan Amangkurat I. Sosok penguasa yang tega melakukan segala cara, demi mendapatkan perempuan idamannya sebagai selir. Bahkan hak Ratu Mas Malang untuk mencintai lelaki pilihannya --Dalang Panjang pun tak dihargai. Di sisi lain, perempuan juga kerap dirisak (bully) oleh kaumnya sendiri. Kasus pemerkosaan atau pelecehan arang terungkap. Penyebabnya korban malu mengakui. Parahnya, meski sebagai korban, kesalahan tetap akan ditimpakan kepadanya. Bahkan tudingan itu dilakukan kaumnya sendiri, sesama perempuan. Sehingga hal ini menyebabkan perempuan yang terampas kehormatannya cenderung diam dan memendam semuanya sendiri. Diamnya perempuan, baik karena tak kuasa berbuat ataupun tak memiliki kawan curhat, bisa digambarkan oleh tokoh Ratu Mas Malang. Sebagai istri Dalang Panjang, ia tak kuasa melakukan perlawanan saat suaminya diracun. Sedang sebagai selir, meski posisinya sangat dicintai dan dianugerahi gelar ratu, ia pun pada akhirnya mati dengan tidak membawa kebahagiaan. Hingga ajal menjelang, semua kesedihan hanya dipendam sendiri, tiada kuasa mengungkapkan.

Indikator Sukses

1. Terpenuhi target audience, minimal 1500 orang untuk jumlah total audience di tiga kota tempat dilangsungkannya workshop dan pertunjukan. 2. Terbangunnya antusiasme warga pada program workshop bertema perempuan. 3. Terbangunnya diskusi yang hidup pada program workshop bertema perempuan. 4. Terciptanya kesimpulan ataupun kesepakatan, bahwa kesetaraan atas gender itu sudah selayaknya dibangun secara bersama. 5. Pesan pertunjukan dan program workshop terliput dan atau tersiarkan oleh media maintream /media sosial.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.247.550000 Juta

Durasi Proyek

8 bulan