713 - Wani Migunani

Nama Inisiator

Awit Radiani

Bidang Seni

kriya

Pengalaman

10 tahun

Contoh Karya

IMG_20180208_173855.jpg

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Membuat batik jumputan pewarna alam dengan bahan pewarna tetumbuhan khas hutan pinus Dlingo, dengan canting cap dari limbah kertas kemasan, bambu,kayu. Bahan pewarna adalah sumber daya alam asli Dlingo yang belum termanfaatkan, Bahan pembuat canting cap adalah limbah kayu, bambu, karton kemasan yang tersedia cukup banyak di Dlingo dan biasanya tak digunakan. (Batik Ecofriendly Project)

Latar Belakang Proyek

Wani Migunani, (Berani Berguna) adalah sekelompok perempuan penggiat kriya kain yang dimotori oleh Awit Radiani, beranggotakan lima orang yang berkeahlian menjahit,membatik,ikat celup dan kerajinan kain, Pada proses pencarian eksperimen pewarna alam bertemu dengan ibu-ibu warga dusun Banjarharjo yang tak jauh dari Puncak Becici, hutan pinus yang pernah dikunjungi Presiden Obama. lalu atas permintaan warga kami melakukan pelatihan batik pewarna alam secara mandiri, Proyek ini sudah mulai sejak pertengahan 2017 dengan tersendat-sendat karena hanya mengandalkan biaya sendiri. Saat ini kami sudah sampai pada pembuatan katalog pewarna alam hutan pinus, dan membuat ekstrak pewarna alam. Untuk kelanjutan proyek ini agar menjangkau warga lebih luas kami membutuhkan alat-alat, bahan pendukung milik sendiri (selama ini pinjaman), dan biaya operasional.

Masalah yang Diangkat

Hutan Pinus Dlingo adalah tempat wisata baru di daerah Bantul, Yogyakarta. Semakin hari semakin banyak warga yang menjadikan lahannya sebagai tempat wisata selfie, mengambil keuntungan dari retribusi dan jualan makanan saja. Sebagai tempat wisata baru Dlingo belum memiliki cindera mata khas yang memiliki nilai jual tinggi yang mampu mengangkat perekonomian. Warga Dlingo kebanyakan berprofesi sebagai pengrajin bambu membuat tampah, irik, kalo dan tukang kayu. Anak mudanya banyak merantau ke kota sebagi buruh bangunan (glidik) atau pekerja rumah tangga, toko, dll. Kami melihat sebenarnya Dlingo memiliki potensi besar baik SDM maupun SDA yang bisa dikembangkan. Bahan pewarna alam seperti daun dan kulit kayu Mahoni,Akasia,Jati, serutan (gerjen) kayu, bunga pinus,melimpah ruah dan tak pernah dimanfaatkan. Kulit kayu mahoni di toko batik 45 ribu sekilo hanya jadi kayu bakar, membuat irik 300 ribu perminggu dilakoni menganyam sampai malam. Sementara itu kami memiliki pengetahuan memanfaatkan limbah kayu,bambu,kertas dan pewarnaan alam untuk batik, yang ingin kami amalkan pada warga Dlingo, dengan demikian diharapkan penduduk Dlingo sebagai daerah terdampak pariwisata tak hanya jadi penonton atau justru mendapat dampak negatif saja.

Indikator Sukses

Warga Dlingo mampu mengekstrak pewarna alam dan mengaplikasikan dalam bentuk kriya kain. Mampu membuat canting cap batik dari bahan limbah kayu, bambu,kertas kemasan Tercipta motif khas Hutan Pinus Dlingo Mampu memproduksi karya berkualitas dan menjual hingga keluar negeri Semua proses dibukukan dalam buku Pewarna Alam Hutan Pinus Dlingo (Penulisan sudah dimulai,masih berupa katalog pewarna alam) dan dipamerkan

Dana yang Dibutuhkan

Rp.64 Juta

Durasi Proyek

9 bulan