734 - Perempuan dalam Semesta Lurik: Sebuah Riset Aksi

Nama Inisiator

Ciptaningrat Larastiti

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

9 tahun

Contoh Karya

Panduan_Pemeriksaan Perempuan Pejuang dalam Situasi Krisis Sosial Ekologis.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Kecamatan Pedan dikenal sebagai sentra produksi tenun lurik –kain warisan budaya yang bermotif garis. Usaha ini dimiliki pengusaha lokal selama dua sampai tiga generasi dan menyerap buruh terampil di sekitar Pedan. Saya ingin belajar bersama buruh perempuan lurik tentang di Pedan tentang persoalan sehari-hari mereka khususnya relasi produksi dan reproduksi pengetahuan. Harapannya, riset aksi ini mampu menumbuhkan kelompok belajar buruh perempuan yang menghasilkan material kain artisan dari daya usaha mereka sendiri. Riset aksi ini dibayangkan memiliki tiga tahapan proyek. Pertama, dua bulan pertama, peneliti melakukan pendekatan kepada setidaknya tiga buruh perempuan. Pendekatan ini dilakukan dengan tinggal, makan dan bekerja bersama keluarga buruh perempuan (live in). Kedua, selama lebih dari enam bulan, peneliti mengajak setidaknya tiga buruh perempuan untuk memulai kelompok belajar yang nantinya mendiskusikan relasi produksi, persoalan harian buruh dan persoalan reproduksi pengetahuan tentang lurik. Harapannya, kelompok belajar ini mampu menginisiasi produksi kain tenun artisan milik mereka sendiri. Ketiga, selama satu bulan, peneliti menyusun buku foto esai bertajuk “Perempuan dalam Semesta Lurik: Foto Esai tentang Relasi Produksi Tenun Lurik.” Buku ini diharapkan mampu menjadi dokumentasi tentang proses belajar bersama buruh perempuan.

Latar Belakang Proyek

Sebagian besar buruh tenun lurik ialah perempuan berusia di atas 50 tahun yang menandakan kemandegan reproduksi pengetahuan tentang lurik. Padahal, popularitas kain lurik sebagai material artisan meningkat seiring banyak diaplikasikan pada desain baju desainer terkenal seperti Lulu Lutfi Labibi dan Erdward Hutabarat. Hanya saja, bila merujuk pengertian artisan sebagai hasil produksi mandiri tanpa relasi tenaga kerja upahan, maka anggapan lurik sebagai material kain artisan perlu dipertanyaan. Di sisi lain, tenaga kerja bebas berusia produktif lebih banyak terserap di industri skala besar seperti pabrik pupuk kimia, pabrik sarung tangan, sampai pabrik garmen. Klaten menjanjikan konversi lahan persawahan berbiaya murah dan efisiensi produksi melalui upah buruh murah –setengah dari upah minimum regional sekitar DKI Jakarta. Di tengah pasar tenaga kerja yang kompetitif ini, pengetahuan dan pengalaman perempuan tentang lurik cenderung dikesampingkan. Secara perlahan, produksi tenun lurik akan mengalami krisis reproduksi pengetahuan dan tenaga kerja artisan. Pada akhirnya, usaha tenun lurik akan disamaratakan dengan pabrik besar dalam hal penyerapan buruh murah. Maka penting untuk mempelajari kembali relasi produksi dalam usaha lurik dengan tujuan mengembalikan cerita lurik pada khitohnya sebagai material kain artisan.

Masalah yang Diangkat

Riset aksi ini dilakukan bersama buruh perempuan di usaha tenun lurik Pedan. Terlebih dulu, riset ini perlu memahami konteks pengorganisasian kerja dari skala usaha tenun lurik –baik yang menggunakan mesin tenun ataupun alat tenun bukan mesin. Dari sini, saya bisa mengetahui sejauh mana pengetahuan perempuan terhadap proses produksi lurik sampai motif lurik terpakai? Selama ini, buruh perempuan dianggap sebagai tenaga kerja murah yang terampil dan penurut. Pengetahuan mereka cenderung disingkirkan seiring proses dehumanisasi dan mekanisasi dalam pengorganisasian produksi industri tekstil. Maka, penting untuk memperbesar ruang belajar buruh perempuan –salah satunya melalui riset aksi ini. Riset aksi mensyaratkan kepercayaan besar antara peneliti dengan subyek penelitian. Hal ini bisa dilakukan melalui interaksi intensif dengan pendekatan tinggal bersama, makan dan bekerja bersama. Secara perlahan, dua atau tiga buruh perempuan diajak untuk membangun kelompok belajar sebagai ruang mendiskusikan persoalan penting mereka, antara lain: Pertama, kami akan belajar untuk memahami bagaimana relasi produksi dalam usaha tenun lurik? Kedua, bersama-sama kami mengidentifikasi persoalan harian buruh perempuan. Ketiga, kami juga belajar tentang bagaimana reproduksi pengetahuan tentang lurik diwariskan ke generasi penerus mereka? Pada ruang seperti apa ragam pengetahuan tersebut disosialisasikan?

Indikator Sukses

1. Terbentuknya kelompok belajar buruh perempuan yang mampu menghasilkan material kain tenun mereka sendiri 2. Terdokumentasikannya proses riset aksi dalam buku foto esai bertajuk, “Perempuan dalam Semesta Lurik: Foto Esai tentang Relasi Produksi Tenun Lurik.” 3. Terselenggarakannya pameran foto esai dan produk hasil kelompok belajar buruh perempuan sebagai upaya diseminasi pengetahuan tentang perempuan dalam semesta lurik.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.135 Juta

Durasi Proyek

9 bulan