945 - Novel Grafis "Mimin dan Perjumpaan dengan Bu Berty"

Nama Inisiator

Dyah Indrawati

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

Menulis novel "Peri Kecil di Sungai Nipah" (2007), "Pinissi: Petualangan Orang-orang Setinggi Lutut" (2005), kumpulan cerpen "Hetaira" (2005), menulis cerita pendek, opini dan artikel di media massa (2008-2017).

Contoh Karya

Novel yang pernah terbit.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Kasus kekerasan terhadap anak bukan hal tabu dalam konteks sosial kita. Alih-alih menurun, kasus demi kasus terus beranjak naik dan hadir dalam skala yang bisa dibilang mengerikan, seperti pembunuhan terhadap anak-anak. Yang terburuk di antaranya mutilasi untuk diambil organ tubuh guna diperdagangkan. Novel grafis ini hadir berupa satir, di mana tokoh Mimin, seorang anak berumur 9 tahun mendadak tinggal di belantara kota karena ia lari dari rumah. Kota bukan hal yang diakrabinya. Dia juga belum paham bahwa kota menyimpan bahaya. Novel ini digerakkan dengan format fantasi--demi kemanusiaan--dengan menghadirkan Mimin sebagai tikus yang kemudian akan mengalami petualangannya di kota, semisal melihat organ-organ teman tikusnya diambil dan dijadikan "kelinci percobaan". Harapannya, lewat karya grafis yang tentu hadir dengan kekuatan artistik, isu tersebut akan lebih mudah dicerna oleh publik--bahwa itu ada dan nyata sekaligus merupakan bagian dari lapis bawah dunia ideal.

Latar Belakang Proyek

Saban mendengar kasus kekerasan terhadap anak terjadi, jiwa saya sering bergetar. Anak seringkali belum tahu bagaimana cara membela dan melindungi diri. Proyek ini dipicu oleh perasaan terpukul yang selalu muncul dan berandai-andai bisa melakukan sesuatu. Novel grafis ini ibarat penebusan dosa--sebab saya tidak mampu ikut turun tangan menyelesaikan persoalan tersebut, barangkali ide kecil ini bisa memberi setitik percikan. Mengapa novel grafis? Sudah lama saya ingin melakukan kolaborasi yang sebelumnya hanya muncul melalui buku anak--dengan ilustrator buku. Gagasan novel grafis adalah mengupayakan tulisan berubah format ke dalam bentuk gambar--sejenis komik. Bagi saya, format novel grafis lebih mampu mengakomodasi ide-ide sosial. Inspirasi media ini saya peroleh setelah membaca serangkaian karya Will Eisner yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Nalar seperti "Contract with God", "A Life Force" dan "A Dropsie Avenue". Format novel grafis memuat tiga hal penting, yakni komik dengan (1) "bobot sastra", (2) yang "serius" dan (3) untuk dewasa (jangan dibaca: ada "seks"-nya, sebagaimana saya kutip dari laman nalar.co.id/will-eisner-novel-grafis-1128.php. Di luar Eisner, tentu ada karya lain yang mengilhami proyek ini untuk bisa digulirkan, seperti "Persepolis" karya Marjane Satrapi.

Masalah yang Diangkat

Novel ini memberikan gambaran dunia gelap di luar sisi yang kita akrabi--dunia ideal atawa dunia terang. Dunia gelap ini berbahaya, utamanya bagi anak-anak yang belum memiliki sistem pertahan diri. Jejaring sosial nyatanya menyimpan dua sisi--membuat mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia atau terlindas dan hilang dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Problem ini yang sengaja diangkat penulis: potret kekerasan terhadap anak-anak. Masalah tersebut diperoleh melalui serangkaian riset dan pengumpulan data sebelum diolah ke dalam tulisan--storyboad--hingga bentuk grafis.

Indikator Sukses

Proyek ini dianggap sukses apabila sudah ada dami dalam bentuk novel grafis yang dihadirkan dalam bentuk 1 sampel buku.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.20 Juta

Durasi Proyek

8 bulan