960 - Riset dan Pameran Motif Tenun Karya Perempuan Penenun Toraja

Nama Inisiator

INDARWATI

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

Baru Memulai

Contoh Karya

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Proyek ini merupakan gabungan antara riset, pendampingan dan pameran yang disertai FGD (Form Group Discussion). Proyek ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Langkah pertama, melakukan riset/kajian oleh tim peneliti untuk menemukan kendala-kendala yang dialami oleh perempuan penenun tersebut. Riset ini juga akan mengungkap kisah dan cerita di balik setiap motif kain tenun yang dihasilkan oleh perempuan penenun di Tanah Toraja. Narasi tentang setiap motif tenun akan dibukukan. Adapun proses perempuan menenun akan didokumentasi melalui rekaman video. Langkah kedua, akan dilanjutkan dengan melakukan pendampingan, berupa pelatihan dan penyuluhan pengetahuan terhadap perempuan penenun yang ada di sana. Pendampingan tersebut bertujuan untuk mendorong adanya regenerasi penenun, menjadikan bertenun sebagai salah satu profesi yang diminati oleh generasi muda. Pendampingan ini juga bertujuan agar perempuan penenun tetap menekuni dan mengembangkan profesinya. Langkah ketiga, diadakan pameran hasil tenunan perempuan Tanah Toraja. Pameran tersebut dilakukan sebagai langkah untuk memperkenalkan motif-motif kain tenun Tanah Toraja kepada masyarakat luas. Pameran ini juga bertujuan untuk meningkatkan minat dan kecintaan terhadap kain tradisional khas Tanah Toraja dapat meningkat.

Latar Belakang Proyek

Kain tenun tradisional di Indonesia masih diminati banyak kalangan. Baik untuk keperluan adat, maupun untuk cinderamata. Kain tenun bahkan sudah digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Para turis pun berburu kain tenun tradisional untuk dijadikan oleh-oleh, misalnya hasil tenunan khas Tanah Toraja. Bagi beberapa suku, kain tenun bahkan dipandang begitu berharga hingga hanya bangsawan yang boleh memakainya. Akan tetapi, saat ini tradisi bertenun kain tradisional cenderung tidak berkembang. Tidak berkembangnya tradisi bertenun tersebut diduga akibat tidak adanya regenerasi perempuan penenun. Tenun Toraja juga kini terancam punah karena tidak terjadi regenerasi. Di Kampung Sa’dan yang menjadi sentra tenun Toraja, kini tinggal 70 perajin yang berproduksi. Kaum muda Toraja lebih memilih bekerja sebagai pegawai di kota ataupun TKW di Malaysia daripada menjadi perajin tenun. Kondisi penenun di Tanah Toraja juga terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan. Perempuan yang menekuni profesi ini terus berkurang jumlahnya. Pemerintah sebenarnya terus melakukan pembinaan. Namun, peminatnya tidak menampakkan peningkatan jumlah yang signifikan. Padahal, hasil tenun kain tradisional masih banyak diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam faktor-faktor yang menyebabkan terus berkurangnya jumlah perempuan penenun di Sulawesi Selatan.

Masalah yang Diangkat

Fenomena terus berkurangnya jumlah perempuan penenun di Tanah Toraja perlu dikaji untuk menemukan solusi yang tepat. Popularitas kain tenun Tanah Toraja sekarang mulai digeser oleh popularitas batik. Kain batik terus berkembang, baik motif maupun kualitas. Motif batik senantiasa mengikuti trend busana. Adapun motif tenun cenderung statis. Ada beberapa motif khas yang berangsur hilang, seiring makin sedikitnya orang yang bisa menenun motif tersebut. Ada beberapa motif tenun Toraja yang sekarang hanya bisa ditenun oleh beberapa penenun lansia. Belum ada inovasi yang tepat untuk meningkatkan kualitas kain tenun seperti pada teknologi batik. Kendala lainnya adalah kurangnya perhatian pemerintah. Dukungan pemerintah untuk mengembangkan batik sangat besar. Selain bantuan dana juga adanya kebijakan pemerintah untuk menghidupan produksi batik melalui Hari Batik Nasional. Pemerintah daerah yang memproduksi batik seperti di Solo dan Yogyakarta bahkan menganjurkan pegawai pemerintah untuk menggunakan batik beberapa hari dalam sepekan. Sebaliknya, untuk pengembangan kain tenun tradisional di Sulawesi Selatan belum ada bantuan dan kebijakan pemerintah yang menyamai regulasi batik. Oleh karena itu, perlu menemukan solusi untuk mendorong pemerintah mengembangkan kain tenun tradisional tersebut. Perlu adanya riset dan pendampingan terhadap perempuan penenun melalui bantuan hibah non pemerintah.

Indikator Sukses

Proyek ini dianggap sukses bila dapat mengungkapkan cerita dan narasi yang dibukukan; video tentang proses pembuatan kain tenun tradisonal khas Tanah Toraja; terjadinya regenerasi perempuan penenun di Tanah Toraja; dipublikasikannya hasil riset, pendampingan, dan pameran di media massa.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.300 Juta

Durasi Proyek

8 bulan