974 - Regenerasi, Inovasi, & Maintenance: Forum Manajer Seni

Nama Inisiator

Gita Hastarika

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

3 tahun

Contoh Karya

Kategori Proyek

lintasgenerasi

Deskripsi Proyek

“Regenerasi, Inovasi, dan Maintenance: Forum Pengembangan Pengetahuan Manajer Seni untuk Keberlanjutan Organisasi Seni” merupakan sebuah forum berbagi dan menambah pengetahuan melibatkan manager seni dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Padang, Lampung, Makassar, Palu, dan Sumbawa, yang terbagi menjadi dua sesi, (1) Lokakarya berbagi pengetahuan manajer seni antar generasi, dan (2) lokakarya peningkatan kapasitas manajemen di tiga kota. Peserta forum ini terbagi menjadi tiga kategori: manajer lembaga seni, manajer komunitas seni, dan manajer proyek seni. Sesi pertama bermaksud memetakan praktik dan memproduksi pengetahuan manajemen seni sesuai dengan konteksnya dengan cara mempertemukan organisasi seni yang lahir pada era reformasi (1990 akhir-awal 2000) dengan organisasi seni yang lahir setelah reformasi untuk melihat persamaan dan perbedaan tantangan juga strategi resiliensi yang mereka praktikkan dengan menjawab tiga isu: regenerasi, inovasi, dan maintenance. Sementara pada sesi kedua, tiga manajer (mewakili tiap kategori) akan mendiseminasikan pengetahuan dari sesi pertama ke manajer-manajer seni di wilayahnya. Secara tentatif kota yang dipilih adalah Sumbawa untuk Lokakarya Manajemen Festival, Padangpanjang atau Padang untuk Lokakarya Manajemen Produksi, dan Palu untuk Lokakarya Manajemen Organisasi Seni. Objektif forum ini adalah mengembangkan pengetahuan manajer seni perempuan yang jarang mendapat dukungan agar dapat menjadi penggerak komunitas yang tangguh dalam menjaga keberlanjutan organisasi dan komunitasnya.

Latar Belakang Proyek

Manajer seni punya peran penting dalam keberhasilan proyek dan keberlanjutan organisasi seni. Namun kesempatan untuk meningkatkan kapasitas di profesi ini masih kurang dibandingkan dengan bidang artistik atau kreatif. Profesi manajer seni juga tak luput dari bias gender dan identik dengan perempuan karena dinilai menuntut kerajinan dan ketelitian, bukan intelektualitas. Padahal, manajer perempuan Indonesia yang tangguh justru cukup banyak, seperti Sari Majid (Teater Koma), Lusia Neti (Teater Garasi), Imas Sobariah (Teater Satu), atau Heliana Sinaga (Main Teater). Banyak lembaga seni yang lahir di sekitar era reformasi didirikan dan digerakkan oleh perempuan, seperti Mella Jaarsma pada Rumah Seni Cemeti (1988) dan kini dilanjutkan oleh Linda Mayasari, Yanni Aman pada Selasar Sunaryo Art SPace (1998), Tarlen Handayani dengan Tobucil (2001), atau pada lembaga yang lebih muda seperti Kathleen Azali di C2O (2008). Hal ini juga terlihat di luar Jawa seperti Rahma dari Forum Sudut Pandang Palu, Iin Ainar dari Komunitas Seni Lobo Palu, Linda Tagie dari Perempuan Bisa Bicara dari Kupang, Nurul Inayah dari Teater Kala Makassar, atau Yuli Andari dari Sumbawa Cinema Society. Ini mengapa mengembangkan pengetahuan manajer seni dan memetakan strategi resiliensi organisasi seni sesuai konteks sosial politik dan ekonominya menjadi penting untuk keberlanjutan organisasi dan komunitas seni Indonesia.

Masalah yang Diangkat

Masalah yang ingin diangkat oleh proyek ini adalah kurangnya kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan bagi manajer seni dan minimnya platform yang mempertemukan manajer seni untuk saling berbagi strategi resiliensi. Masalah kurangnya pengembangan pengetahuan dan kapasitas lain bagi manajer seni ini secara langsung berdampak pada tidak maksimalnya kualitas sebuah proyek atau karya seni, minimnya capaian organisasi dan komunitas, kurang strategisnya arah pengembangan dan positioning organisasi atau komunitas, serta lemahnya resiliensi organisasi atau komunitas dalam menjaga keberlangsungannya.

Indikator Sukses

Outcome 1: terjadinya silang pengetahuan antara organisasi yang sudah berdiri sejak reformasi dengan organisasi pasca refoormasi Indikator 1: peserta saling menanggapi secara konstruktif Alat cek 1: notulensi & dokumentasi Outcome 2: Terproduksinya pengetahuan manajemen baru Indikator 2: terproduksinya satu publikasi (buku) tentang manajemen seni masa kini Alat cek 2: publikasi/buku Outcome 3: Meningkatnya pengetahuan manajemen peserta Indikator 3: Peserta Forum Sesi Pertama yang terpilih menjadi fasilitator di Lokakarya Sesi Kedua bisa mentrasfer pengetahuannya dengan baik ke peserta Lokakarya Kedua di wilayahnya. Alat cek 3: testimoni tetulis (survey) dari peserta kedua Lokakarya Kedua

Dana yang Dibutuhkan

Rp.417 Juta

Durasi Proyek

5 bulan