975 - Wisata Akar

Nama Inisiator

Rosalina Sri Redjeki

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

Lasem a Glance.flv

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Dalam proyek ini saya mendeskripsikan serangkaian kegiatan wisata di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang ekonomis namun berwawasan bagi keluarga Indonesia, melalui tayangan video sejumlah 20 episode; per episodenya berdurasi 5 menit, dan bisa diakses masyarakat melalui situs video sharing Youtube. Tiap episode ditayangkan sepekan sekali, satu episode dengan episode lainnya terangkai berkesinambungan. Wisata Akar berorientasi pada kawasan historis dan kultural. Melalui tayangan tersebut calon wisatawan diajak mengikuti alur tertentu, seperti mengunjungi Kraton Yogyakarta, kemudian bergerak ke masa sebelumnya, di antaranya menziarahi pemakaman Imogiri; bergerak lagi ke periode lebih awal dengan berkereta komuter menuju Solo, berkunjung ke Kraton Kasunanan Surakarta dan situs Kartosuro; sebelum nantinya kembali ke Yogyakarta, bersimpul pada akar Kerajaan Mataram: situs Kotagede. Alur tidak terurai baku namun terbuka untuk mengakses sub-obyek seperti mencicip jajanan tradisional kipo di Kotagede dan meneguk dawet segar di Pasar Gede. Dalam video ditampilkan pilihan tempat menginap dan area kulineran yang murah, nyaman dan berkesan. Wisata Akar berupaya menggugah kalangan perempuan berinisiatif mengolah perencanaan liburan keluarga dan mewujudkannya dalam alur kegiatan wisata yang berwawasan dan terinci. Bagi kaum ibu sekalipun dalam suasana "dolan bareng" amat penting membekali anak-anaknya dengan pengetahuan dan pengalaman baru, sehingga generasi muda semakin lekat dengan Ibu Pertiwi.

Latar Belakang Proyek

Sejak 2013 saya bergabung Komunitas Orca Films Yogyakarta. Salah satu tugas utama saya adalah mendampingi siswa SMK bidang keahlian multimedia dan mahasiswa program studi ilmu komunikasi yang tengah menempuh proses magang. Tiap ditugasi membuat video perjalanan wisata mereka bisa menyajikan gambar-gambar apik tapi materi di dalamnya hanya bergantung pada informasi pemandu setempat, dilengkapi kesan sejumlah pengunjung. Sehingga dalam tempo tak lebih dari tiga menit tayangan sudah membosankan. Masalah elementernya, anak-anak muda ini mewakili kalangannya yang tak punya cukup wawasan sejarah. Saat mengampu tugas berlatar sejarah mereka seolah tak punya pijakan, lalu hilang arah. Dan dalam realitas, kegiatan wisata ke kawasan bersejarah lebih sering sebatas untuk dilihat dan didokumentasi - dengan si wisatawan sebagai sentralnya. Pemikiran saya kemudian, bagaimana mendekatkan lembaran-lembaran sejarah pada kaum muda dan keluarga dengan cara yang menyenangkan. Sebab sejarah sendiri mengandung fragmen-fragmen yang "seru", yang mestinya asyik untuk diikuti dan menjadi bagian dari pengetahuan dasar orang Indonesia. Di masa lalu ada kesenian ketoprak yang dengan lakon-lakon historisnya menyegarkan ingatan kita pada penggalan sejarah tertentu, seperti kisah Arya Penangsang di era Pajang dan Ki Ageng Mangir di masa awal Mataram. Kini dibutuhkan terobosan untuk mendekatkan sejarah, melalui tayangan solid yang bisa diakses di gadget.

Masalah yang Diangkat

Kegiatan wisata merupakan kebutuhan tiap person dan kelompok kehidupannya sehari-hari: keluarga dan teman-teman dekat. Dan di era media sosial aktivitas berwisata sedemikian marak, hingga "ditemukannya" kawasan-kawasan wisata baru yang menarik hati untuk dikunjungi - dan dipotreti. Kawasan wisata ikonik seperti Lasem selalu menggoda untuk disinggahi. Wisatawan memotret bangunan-bangunan lawas di sekujur jalan utama maupun di lorong-lorongnya tapi banyak yang tak mengenal kota kecil itu di abad ke-18 merupakan kantung laskar Tionghoa-Jawa yang menyeret VOC ke perang besar 1741-43. Dan saat berada di Candi Prambanan sekedar menginjakkan kaki di pelatarannya tidak akan menghadirkan suasana agung Mataram Kuno. Tapi jika kunjungan dilengkapi dengan Ratu Boko serta gugusan candi di sekitarnya maka akan terbaca sinkretisme yang pernah menjadi karakter nenek-moyang kita. Tanpa wawasan historis Candi Kalasan yang memiliki peran penting di masa lalu menjadi termarginalkan karena fisiknya sepintas tak menarik meskipun terletak di sisi jalur utama Yogya-Solo. Kawasan-kawasan wisata historis di DI Yogyakrta dan Jawa Tengah memiliki peran terhadap terwujudnya negeri ini. Jangan sampai situs historis kita lebih diakrabi wisatawan mancanegara.

Indikator Sukses

Indikator kesuksesan proyek: 1) Tiap episode Wisata Akar di situs video sharing Youtube diakses minimal 3,000 viewer; 2) Channel Wisata Akar di Youtube memiliki minimal 2,000 subscribers; 3) Adanya jumlah peningkatan wisatawan lokal di kawasan wisata penting namun termarginalkan seperti Candi Kalasan dan Candi Sari; 4) Adanya jumlah peningkatan wisatawan secara signifkan di kawasan wisata sejarah, khususnya di situs termarginalkan di masa liburan akhir tahun

Dana yang Dibutuhkan

Rp.153 Juta

Durasi Proyek

7 bulan