f-048 - Penerjemahan Buku Puisi Sergius Mencari Bacchus

Nama Inisiator

Tiffany Aimee Tsao

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Pemohon hibah adalah penulis, penerjemah, dan editor berbasis di Sydney, Australia. Buku puisi Norman Erikson Pasaribu Sergius Mencari Bacchus adalah salah satu proyek penerjemahan yang sedang dikerjakan oleh pemohon hibah. Terdiri dari 33 puisi, buku tersebut telah memenangkan Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015 dan adalah finalis Khatulistiwa Literary Award 2016. Dibesarkan di Jakarta pada sebuah keluarga Tionghoa, pemohon hibah pindah ke Singapura setelah kerusuhan 1998 dan selanjutnya menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat. Menghabiskan masa formatifnya di negeri orang, pemohon hibah kembali menelusuri akar Indonesianya ketika melakukan riset Phd mengenai komunitas sastra di Kalimantan. Setelah meraih Phd, pemohon hibah sempat menjadi pengajar di universitas di Australia, termasuk salah satunya pada studi Indonesia. Pemohon hibah memutuskan untuk menjadi penulis dan penerjemah penuh waktu dan telah lima tahun menerjemahkan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris, termasuk karya Dewi Lestari dan Laksmi Pamuntjak. Beberapa puisi pada Sergius Mencari Bacchus telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan diterbitkan oleh dan untuk The Margins (Asian American Writers’ Workshop), AJAR (Vietnam), Asia Literary Review, Cordite Poetry Review (Australia), Asymptote (International), Europalia Arts Festival (Belgia). Beberapa puisi juga diterjemahkan ke Bahasa Vietnam, Belanda, Bengal, dan Perancis. Terjemahan Vietnam dan Bengal dilakukan berdasarkan terjemahan Inggris. Hal ini mensinyal bahwa penerjemahan ke Bahasa Inggris, selain menjadi jembatan kepada orang-orang berbahasa Inggris, punya potensi untuk menjadi jembatan ke bahasa-bahasa lain.

Latar Belakang Proyek

Akhir tahun 2015 khalayak sastra Indonesia dikejutkan ketika naskah Sergius Mencari Bacchus dinyatakan sebagai pemenang pertama Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015, di antara 574 karya yang disertakan. Membicarakan secara terbuka kehidupan queer di Indonesia, Sergius Mencari Bacchus dianggap tim juri (Oka Rusmini, Joko Pinurbo, dan Mikael Johani) sebagai karya yang penting secara tematis dan matang dan segar dari segi penulisan puisi. Pemohon hibah, yang ketika itu adalah editor-at-large untuk Indonesia di Asymptote, tertarik untuk menerjemahkan beberapa puisi dari buku tersebut. Isu queer adalah salah satu isu penting bagi pemohon hibah. Pemohon hibah menghubungi Norman Erikson Pasaribu pada awal 2016. Tawaran penerjemahan dari pemohon hibah disetujui oleh penyair bersangkutan. Enam terjemahan puisi tersebut kemudian diterima oleh editor puisi Asymptote dan terbit pada edisi Winter 2017 (Februari 2017). Satu puisi kemudian juga terbit di Cordite Poetry Review edisi Confession (Maret 2017). Pertengahan triwulan tiga 2016, pemohon hibah mengajukan aplikasi kompetisi penerjemahan dari English PEN, bertajuk PEN Presents East and Southeast Asia. Pada awal Februari 2017 diumumkan bahwa sampel terjemahan pemohon hibah adalah salah satu dari enam pemenang, dan berhak untuk menyajikan proposal dalam pitch yang diadakan oleh English PEN, dengan penerbit-penerbit di UK sebagai audiens. Setelah pitch dilangsungkan pada 2017, ketua juri Deborah Smith mengatakan kepada pemohon hibah bahwa penerbit Tilted Axis Press tertarik untuk menerbitkan naskah terjemahan Sergius Mencari Bacchus. Kontrak penerbitan telah dilakukan pada awal 2018. Penerbit saat ini masih tengah mencari dana untuk membantu biaya penerjemahan buku ini. Sebagai penerbit, Tilted Axis Press adalah salah satu nama menarik yang naik pada tahun-tahun belakangan. Dengan fokus menerbitkan karya-karya berbasis Asia, Tilted Axis Press telah menerbitkan Han Yujoo (Korea Selatan) , Prabda Yoon (Thailand), Sangeeta Bandyopadhyay (India). Novel Han Yujoo, The Impossible Fairytale (diterjemahkan oleh Janet Hong) adalah salah satu finalis PEN Translation Prize 2018.

Masalah yang Diangkat

Beberapa isu yang diangkat terkait penerjemahan puisi ini: 1. Belum cukupnya visibilitas penerjemah perempuan (Indonesia-Inggris) dengan latar belakang yang erat dengan Indonesia. Pemohon hibah meyakini bahwa representasi bersifat politis dan karena itu penting. Bila kita lebih teliti lebih jauh, kita akan dapati fakta berikut: penerjemah IN-EN yang timbul ke permukaan dunia sastra berbahasa Inggris sejauh ini didominasi oleh penerjemah laki-laki kulit putih. Pada bagian kecil di mana penerjemah perempuan berada, penerjemah perempuan dengan koneksi emosional kepada Indonesia adalah lebih sedikit lagi. Fakta ini, pemohon hibah percaya, telah berlangsung lama dan hingga hari ini. Pemohon hibah, dengan latar belakang Tionghoa-Indonesia, yakin kehadirannya sebagai penerjemah Indonesia-Inggris adalah bentuk resistansi terhadap struktur usang ini. 2. Belum cukupnya visibilitas karya Indonesia yang dibaca secara luas di dunia berbahasa Inggris, terlebih karya sastra Indonesia yang membahas kehidupan queer di Indonesia secara terbuka dan progresif. Indonesia adalah negara yang tersusun dari berbagai suku, agama dan tradisi. Namun fakta ini belum tampak jelas dari karya-karya yang telah diterjemahkan ke bahasa-bahasa lain. Ini salah satu alasan mengapa penerjemahan Sergius Mencari Bacchus menjadi penting. Puisi-puisi dalam buku tersebut menceritakan narasi beragam dari kehidupan queer di Indonesia, termasuk penyairnya sendiri. “Curriculum Vitae,” salah satu puisi dalam buku tersebut menarasikan kehidupan queer yang bertumpang tindih dengan latar etnisitas (dalam hal ini Batak) dan relijiusitas (dalam hal ini Kristen). Pada puisi tersebut, yang ditulis dalam bentuk pseudo-memoir, narator puisi mengidentifikasi dirinya ke lebih satu gender. Puisi-puisi pada buku tersebut juga adalah bentuk resistansi terhadap patriarki dan heteronormativitas dan dunia sastra Indonesia yang didominasi oleh narasi hetero. Dan menurut pemohon hibah, penggambaran opresi berlapis-lapis (dalam level seksualitas, etnisitas, dan relijiusitas) dalam buku ini membuat penerjemahan buku ini krusial dilakukan oleh orang yang bisa memahami kompleksitas ini. Dan pemohon hibah percaya, dengan latar belakang etnis dan relijius yang punya keterbandingan dengan penyair, dilengkapi kapabilitas dan kapasitasnya sendiri sebagai penulis dan penerjemah, pemohon hibah adalah orang yang tepat.

Indikator Sukses

Indikator kesuksesan proyek penerjemahan, dalam ukuran kuantitatif, tentu saja adalah terbitnya buku Sergius Mencari Bacchus dalam terjemahan Bahasa Inggris. Sementara itu indikator kesuksesan proyek penerjemahan ini dari segi kualitatif adalah meningkatnya visibilitas baik untuk penerjemah perempuan Indonesia, penulis Indonesia di para pembaca berbahasa Inggris, maupun karya sastra yang membahas kehidupan queer di Indonesia. Pemohon hibah meyakini bahwa kedua indikator itu dapat dicapai secara maksimal. Dari segi buku yang diterjemahkan, penerjemah percaya bahwa Sergius Mencari Bacchus adalah buku yang tepat untuk meningkatkan keberagaman karya Indonesia di dunia berbahasa Inggris. Dari segi penerbit, pemohon hibah percaya penerbit indie Tilted Axis Press adalah penerbit tepat. Berbasis di Britania Raya (UK), Tilted Axis Press telah menunjukkan profesionalisme dan komitmen yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa buku ini dapat menjangkau banyak pembaca. Sejauh ini, dari segi jangkauan pembaca, terjemahan Inggris untuk dua belas puisi dalam buku ini sudah diterbitkan di berbagai majalah dan jurnal berbahasa Inggris dan bahkan memancing penerjemahan non-resmi ke bahasa lain, misalnya Bengal. Pemohon hibah percaya ini adalah salah satu tanda bahwa buku ini bisa menyentuh pembaca melintasi batas-batas rasial, agama, dan seksualitas. Dari segi penerjemah, pemohon hibah yakin dirinya dapat menghasilkan mutu terjemahan yang baik untuk buku ini, sehingga faktor penerjemahan tak akan menjadi batu sandungan bagi kesuksesan proyek ini secara kuantitatif dan kualitatif. Pemohon hibah telah berpengalaman menerjemahkan berbagai karya sastra Indonesia, termasuk dari Ahmad Tohari, Avianti Armand, dan Eka Kurniawan. Terjemahan Tiffany Tsao untuk cerpen Eka Kurniawan, “Caronang,” juga telah dinominasikan untuk Pushcart Prize di Amerika Serikat. Salah satu terjemahan puisi dalam buku Sergius Mencari Bacchus, juga telah dinominasikan The Margins untuk Hawker Prize 2018.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.22.515 Juta

Durasi Proyek

9 bulan, yang terdiri dari 6 bulan penerjemahan dan 3 bulan editing hasil terjemahan.