Beranda > Penerima Hibah CMB > JRKL > Pendidikan Instrumen Pemantauan Tayangan TV Tahap II di RGL FM

Pendidikan Instrumen Pemantauan Tayangan TV Tahap II di RGL FM

200px-Februari_11-13_2012_JRKL_Pendidikan_Instrumen_Pemantauan_Tayangan_TV_-_Tahap_II_-_RGL_.JPG

Tujuan : Pendidikan Instrumen Pemantauan Tayangan TV Tahap II di RGL FM

Lokasi : RGL FM

Alamat : Kampung Siliwangi, Desa Hurun, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung

Jam : 09.00 - 16.00 WIB (11-13 Feb 2012)

Hadir :

  • Rifky Indrawan (JRKL)
  • Redyson Chandra Jaya (JRKL)
  • M Irsyadul Ibad (Infest Yogya)
  • Agus Guntoro (RGL FM)
  • Masdi (RGL FM)
  • Muslimin (RGL FM)
  • 3 orang siswa magang SMK
  • 26 ibu rumahtangga perdesaan

Ringkasan :

Hari Pertama

  • Pelatihan dilaksanakan pada 11-13 Februari 2012 di Desa Hanura, Padang Cermin, Pesawaran, Lampung. Kegiatan ini adalah adalah bagian Program Ibu Rumahtangga Pedesaan Melek Media. Hari pertama pelatihan tahap dua pada tanggal 11 Februari 2012, peserta pelatihan hadir sebelum acara dimulai yang diawali dengan pengisian daftar hadir dan pembagian alat tulis sebagai perlengkapan pelatihan. Pelatihan ini diikuti oleh 30 perempuan dari Kampung Siliwangi. Pelatihan dimulai pada pukul 09.00 Wib yang resmi dibuka oleh Agus Guntoro selaku ketua Radio Komunitas Radio Gema Lestari 107.7 FM.
  • Dalam sambutannya Agus mengatakan bahwa sebagian peserta pernah mengikuti pelatihan pada 03-05 Februari 2012 yang lalu. Hal ini disebabkan karena bertepatan dengan acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan disetiap mushalla dan masjid secara bergantian. Agus mengharapkan pihak JRKL dan Cipta Media Bersama dapat memaklumi. Agus yakin bahwa peserta sangat antusias untuk mendapatkan materi tentang menilai tayangan media televisi yang baik dan benar.
  • Hari pertama pelatihan tanggal 11 Februari 2012, fasilitator Muhammad Irsyadul Ibad, Direktur Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama dan Kebudayaan (infest) Yogyakarta memulai acara dengan perkenalan kepada peserta dan peserta kepada fasilitator. Fasilitator mengajak masing-masing peserta untuk bercerita dalam forum tentang harapan selama mengikuti pelatihan.
  • Setelah perkenalan, fasilitator memberikan permainan kecil pada peserta yang dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk menggambar apapun yang disepakati bersama dimasing-masing kelompok menggunakan spidol, namun spidol tersebut dipegang bersamaan oleh seluruh anggota kelompok. Permainan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnnya kerjasama yang menentukan hasil dari tujuan dalam kelompok.
  • Materi pertama yang diberikan oleh fasilitator yaitu tentang bagaimana memahami bentuk dan fungsi media serta hak masyarakat dalam media. *Fasilitator menggali pemahaman peserta tentang media dengan cara menanyakan kepada peserta arti dan jenis-jenis media.
  • Setelah itu fasilitator menjelaskan bentuk media seperti bulletin, radio, televisi juga internet.
  • Fasilitator juga menjelaskan jenis-jenis tayangan televisi seperti berita, iklan, film, sinetron, kuis, realityshow, tayangan anak, komedi dan infotainmen. Sesi pertama ini ditutup dengan istirahat, sholat dan makan.
  • Pada sesi ke-dua, fasilitator memberikan materi tentang pengaruh tayangan televisi bagi masyarakat penonton tayangan televisi. Peserta diajak menonton kutipan tayangan sinetron, infotainment, realityshow, iklan dan kartun lalu fasilitator membagi peserta pelatihan ke dalam lima kelompok yang setiap kelompok melakukan diskusi selama 30 menit untuk mengidentifikasi pengaruh negatif dan positif siaran televisi, serta menyebutkan contoh tayangan yang berpengaruh negatif maupun positif.
  • Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok mepresentasikan kepada forum tentang pengaruh negatif dan positif siaran televisi. Setelah selesai presentasi, fasilitator menegaskan bahwa tayangan televisi tidak semuanya menyajikan tayangan yang menghibur apalagi memberikan pendidikan yang baik.

Hari Ke Dua

  • Hari ke-dua pelatihan pada tanggal 12 Februari 2012 diawali dengan mengumpulkan pekerjaan rumah yang dihari sebelumnya telah diberikan kepada masing-masing peserta. Pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan lalu didiskusikan kepada seluruh peserta pelatihan yang menjadi gambaran mengenai tayangan-tayangan televisi dari yang paling jarang ditonton hingga yang paling sering ditonton.
  • Dalam sesi pertama pelatihan, Fasilitator Muhammad Irsyadul Ibad menyampaikan materi tentang bagaimana memetakan tayangan televisi yang fiksi dan faktual. Peserta diajak menonton kutipan tayangan sinetron, infotainment, realityshow, iklan dan kartun. Fasilitator mengajak peserta melihat lebih dekat, rinci, merespon dan mencatat tayangan-tayangan televisi dengan cara mencatat dalam selembar kertas, lalu dikumpulkan kepada fasilitator.
  • Sebagai alat bantu, peserta dibagikan lembaran-lembaran gambar tayangan televisi di Indonesia.
  • Fasilitator membacakan beberapa hasil tulisan peserta lalu fasilitator memberikan pemahaman tentang aturan, pembatasan serta pendampingan kepada anak saat menonton televisi. Sesi pertama ini ditutup dengan istirahat, sholat dan makan.
  • Pada sesi ke-dua, fasilitator memberikan materi tentang bagaimana Memetakan dan Memahami Sinetron di Indonesia.
  • Peserta diajak menonton kutipan tayangan sinetron, infotainment, realityshow, komedi dan kartun.
  • Setelah selesai menonton kutipan tayangan-tayangan tersebut, fasilitator kembali membagi peserta menjadi lima kelompok yang masing-masing kelompok mendiskusikan dan menilai tayangan yang fiksi dan faktual yang akhirnya dipresentasikan kepada peserta pelatihan.
  • Masing-masing kelompok memberikan pertanyaan dan masukan kepada masing-masing kelompok yang mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok ibu rumah tanggga. Setelah mempresentasikan hasil diskusi kelompok, ibu rumah tangga peserta pelatihan kembali dipoles pemahamannya oleh fasilitator tentang bagaimana menilai dan bersikap terhadap tayangan televisi.
  • Sebelum pelatihan ditutup, fasilitator kembali memberikan pekerjaan rumah tentang sikap apa saja yang harus dilakukan terkait menonton tayangan televisi yang akan dibuat oleh ibu rumah tangga didalam lingkungan keluarga di rumah masing-masing. Pekerjaan rumah ini sebagai bahan diskusi pada pelatihan dihari ketiga tanggal 13 Februari 2012.

Hari Ke Tiga

  • Hari ketiga pelatihan pada tanggal 13 Februari 2012 diawali dengan mengumpulkan pekerjaan rumah yang dihari sebelumnya telah diberikan kepada masing-masing peserta yaitu tentang tentang sikap yang harus dilakukan terkait menonton tayangan televisi yang akan dibuat oleh ibu rumah tangga didalam lingkungan keluarga di rumah masing-masing.
  • Pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan didiskusikan kepada seluruh peserta pelatihan yang menjadi gambaran perubahan sikap dan pandangan peserta pelatihan dalam menyikapi tayangan-tayangan televisi.
  • Hari ketiga pelatihan, fasilitator Muhammad Irsyadul Ibad menyampaikan materi tentang bagaimana memahami proses pembuatan sinetron dan realityshow di Indonesia.
  • Fasilitator mereview materi pelatihan hari sebelumnya untuk menyegarkan ingatan peserta pelatihan. Peserta kembali diberikan penjelasan tentang bagaimana menilai tayangan televisi lalu apa saja tindak lanjut terkait tayangan televisi.
  • Fasilitator mengatakan bahwa banyak tayangan televisi yang tidak mementingkan kualitas. Hal ini dapat dilihat dari waktu dalam proses produksi sinetron dinilai terlalu singkat. Besok tayang, hari ini proses produksi. Model kejar tayang ini jelas membuat kualitas sinetron seadanya, yang penting jadi, yang penting dramatis.
  • Fasilitator menerangkan bahwa jenis-jenis tayangan ada yang penuh kemewahan, sebaliknya ada juga yang penuh kemiskinan, serupa dengan gaya sinetron yang berbicara tentang orang-orang yang bergelimang kemewahan, sangat jauh dari realitas masyarakat. Sebaliknya, jika sinetron berbicara mengenai orang miskin, sering dicitrakan sangat sengsara. Jadi, jika kaya, maka teramat kaya, sebaliknya jika miskin maka teramat miskin. Hal ini dilakukan untuk memunculkan dramatisasi, namun sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi masyarakat pada umumnya.
  • Lalu fasilitator menerangkan cerita sinetron yang mirip satu sama lainnya, karena yang penting mengikuti tren yang ada, mengikuti model sinetron yang ratingnya tengah naik. Cara seperti itu, produsen dapat menarik banyak pengiklan, pada akhirnya keuntungan juga banyak.
  • Fasilitator menutup sesi pertama dengan beberapa penegasan bahwa sinetron diproduksi dengan motivasi meraup keuntungan. Selain itu sinetron juga diproduksi dengan model kejar tayang yang tidak memperhatikan kualitas, yang penting dramatis dan mempermainkan emosi penonton.
  • Memasuki sesi ke-dua setelah istirahat, sholat dan makan, fasilitator memberikan materi tentang bagaimana memahami proses pembuatan realityshow di indonesia. Peserta diberikan pertanyaan tentang pemahaman peserta mengenai reality show seperti pengertian reality show, penilaian kritis terhadap reality show, muatan positif dan negatif serta enis-jenis reality show. Fasilitator meminta jawaban peserta yang dibagi dalam lima kelompok, lalu menuliskannya di kertas plano. Diskusi dilakukan selama 30 menit.
  • Setelah diskusi kelompok selesai, faslitator fasilitator menjelaskan bahwa seperti halnya sinetron, reality show di Indonesia juga menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu judulnya bermacam-macam tapi isinya sama saja. Hal ini disebabkan model rating dalam industri televisi. Jika satu tayangan bertema baru ratingnya tinggi, maka akan segera diikuti maraknya tayangan-tayangan serupa di televisi lainnya.
  • Fasilitator juga menjelaskan bahwa pengaruh negatif reality show diantaranya yaitu membuat orang miskin lebih suka bermimpi mendapatkan pertolongan seperti yang ditayangkan reality show, membuat penonton susah membedakan mana yang fakta dan fiksi dalam tayangan televisi.
  • Kesimpulan dari hasil diskusi yaitu bahwa reality show yang ideal yaitu sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak ada skenario atau cerita sesuai dengan alur peristiwa yang terjadi, pemain adalah pelaku sosial yang sesungghnya. Sedangakan reality show yang ada di Indonesia ceritanya didramatisasi atau dilebih-lebihkan, alur cerita diarahkan oleh skenario dan pemain adalah aktor yang sengaja dibayar.
  • Fasilitator menyarankan kepada peserta agar memberikan kegiatan alternatif dalam mendidik anak seperti mendongeng, membaca yang bermanfaat, permainan yang mendidik. Kegiatan ini dilakukan sebagai solusi efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak dan pengalihan dari durasi menonton tayangan televisi bagi anak.
  • Pelatihan ini ditutup dengan presentasi dari peserta pelatihan tentang materi yang telah didapat selama pelatihan. Presentasi ini dimaksudkan untuk menguji pemahaman ibu-ibu rumah tangga tentang jenis media, pemetaan tayangan televisi, membedakan fiksi dan fakta dalam tayangan, membangun aturan menonton dalam keluarga, dan teknik perincian pemantauan media. Dari presentasi yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga dinilai telah faham bagaimana menonton tayangan televisi secara bertanggung-jawab.

Berita Terkait

  • Berita Terkait http://jrklampung.org/the-beginners-guide-to-installations-from-step-1


11 Feb 2012