Tidak Bermula Dan Tidak Berakhir Dengan Berita - Proposal Lengkap



250px-TBTBD.jpg

Dibalik Frekuensi

Individu

Ucu Agustin adalah seorang pembuat film dokumenter independen. Film-film yang dibuatnya banyak berbicara tentang isu perempuan, social justice, kesetaraan, kesehatan, serta hak azasi manusia (HAM). Sebagai penulis cum-wartawan dan documentary filmmaker. Aktif menulis sejak masih kuliah di Instiut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidyatullah Jakarta) dan menjadi kontributor serta anggota pada Serikat Penulis Berita Pantau (Kajian Media dan Jurnalisme - Berita-berita yang ditulis serikat ini disebar di Koran-koran Indonesia Timur) sejak tahun 2000. Pada tahun yang sama, Ucu bekerja sebagai wartawan pada Kantor Berita Radio 68H, dan pada 2002 menjadi penulis untuk sebuah INGO yang bergerak di bidang Transformai Konfilk, Common Ground Indonesia. Bersama Veronika Kusumaryati, ia membuat komunitas audio-visual Gambar Bergerak sebuah komunitas terbuka bagi para pembuat film dokumenter amatir dan profesional yang ingin mengembangkan project-nya bersama. Pada Desember 2005, skrip film dokumenter pendek Ucu yang berjudul ”Death In Jakarta” memenangkan JIFFEST Script Development Competition. Sejak saat itu Ucu terus membuat film dokumenter hingga pada Februari 2009, film dokumenter “Ragat’e Anak” yang tergabung dalam Antologi PERTARUHAN (judul internasional: AT STAKE - produksi Kalyasa Shira Foundation) membawanya ke BERLINALE Film Festival. AT STAKE menjadi film dokumenter Indonesia pertama yang masuk dalam sesi Panorama Documente pada festival film—tertua setelah Cannes—yang diadakan di Jerman tersebut.

Status resmi

Individu

Kontak

Ucu Agustin

  • Situs web: -

  • Facebook: -

  • Twitter: @doc_media

Posisi

Pemimpin proyek

Lokasi

Jakarta

Deskripsi Proyek

Proyek ini adalah sebuah proyek pembuatan feature dokumenter yang akan bercerita tentang bagaimana pers Indonesia bekerja dalam melakukan pemberitaan.

Film ini akan terbagi dalam dua fase. Fase pertama yaitu 4 tahun lalu, tepatnya bulan Januari 2008 dimana kebetulan saya berada di tengah ratusan wartawan dalam dan luar negeri yang melakukan reportase krisisnya mantan presiden indonesia, diktator soeharto, sampai dengan ia meninggal – dan kebetulan saya melakukan pengambilan gambar seputar kinerja mereka. Berita tentang soeharto bukan hanya mendominasi pemberitaan media selama lebih dari 3 minggu berturut-turut tapi juga membuat hilang berita-berita yang seharusnya lebih penting untuk diangkat, waktu itu. Fase kedua adalah 4 tahun kemudian atau bagaimana pers Indonesia saat ini.

Bagaimanakah kini pers Indonesia bekerja? Adakah perubahan atau masihkah kinerjanya sama? Untuk siapakah sebenarnya pers dan jurnalisme di Indonesia bekerja? Bagaimana wajah pers Indonesia kini, di era dimana internet memungkinkan komunitas atau seseorang yang memiliki laptop dan modem bisa mengklaim diri melakukan kerja jurnalisme? Masih perlukah sensor? Di sisi lain, sadarkah media dan para pekerjanya kalau warga memperhatikan dan menilai kinerja mereka?

Tujuan:

  1. Membuat project audio visual berupa film dokumenter yang bisa mengajak semua pihak baik mereka yang bekerja di bidang media dan pemberitaan maupun pihak lain diluar itu, untuk bisa bersama melihat dan melakukan refleksi serta otokritik atas kinerja media dan pers di Indonesia

  2. Perubahan perspektif publik di Indonesia tentang hak mereka akan informasi melalui film dokumenter tentang cara bekerja media arus utama di Indonesia pada tahun 2008 dan 2012 (dimana pengambilan gambar dan produksi film akan kembali dilakukan)

  3. Tersosialisasikannya film dokumenter yang telah dibuat melalui premiere dengan mengundang media, melakukan roadshow, menyediakan link di internet yang bisa di-unduh secara gratis, dan membuat serta menyediakan copy DVD untuk lembaga atau komunitas yang berada di daerah fakir bandwitch dan tak memiliki akses internet.

Sasaran:

A. Tersedianya film dokumenter tentang media arus utama di Indonesia ini dapat membuat penontonnya menjadi kritis, tergugah, dan terinspirasi untuk melakukan perubahan.

B. Tersosialisasinya film dokumenter tentang kinerja pers dan media ini pada 5 target pemirsa:

  1. Untuk pekerja media: perubahan perilaku yang lebih membela kepentingan publik dibandingkan keuntungan perusahaan atau pemilik stasiun berita.

  2. Untuk lembaga studi yang berkenaan dengan pers & media: menambah satu referensi untuk kajian mereka tentang media & pers indonesia.

  3. Para mahasiswa di universitas-universitas yang memiliki Jurusan Jurnalistik dimana mereka adalah para calon pekerja media di masa depan: pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana media bekerja.

  4. Untuk publik & komunitas penggiat film serta dokumenter: perubahan sikap dari tadinya menerima apa adanya penayangan-penayangan berita menjadi lebih awas dalam memilih informasi yang mereka terima. Memberi kontribusi untuk film-film dokumenter Indonesia dengan angle yang membidik para pekerja pers yang selama ini tidak dilirik oleh pembuat film dokumenter di Indonesia.

  5. Untuk publik luar Indonesia, melalui festival dan sharing di jejaring maya (akan di share di portal2 media dan thread jalur distribusi online juga crowd sourcing seperti Engage Media /Youtube/Vimeo dll) : berbagi sudut pandang dan perspektif tentang pers dan media di Indonesia, yang diharapkan melalui komentar-komentar yang kontsruktif, bisa memberi feedback baik untuk kondisi media dan pers Indonesia maupun untuk filmnya sendiri.

Latar belakang:

A. Keterkaitan pada topik: Kebebasan dan Etika Bermedia

Dunia yang semakin global dan ditopang oleh sistem kapitalisme yang dari hari ke hari tampak semakin stabil, mau tak mau mengguratkan pertanyaan yang paling mendasar bila dikaitkan dengan pers dan jurnalisme. Untuk siapakah sebenarnya pers dan jurnalisme kini bekerja? Untuk masyarakat seperti yang menjadi alasan keberadaan mereka pada awalnya, ataukah untuk kepentingan-kepentingan lain di luar itu? Bagaimanakah kini wajah pers Indonesia di tengah era digital? Seperti apakah kebebasan pers juga etika bermedia dalam situasi dimana cara kerja pers masa lalu masih berlaku dan sangat dominan namun tuntutan pers di era digital pada masa kini juga masih menunggu untuk ditaklukkan dan digarap dengan cara kerja jurnalisme yang profesional.

B. Masalah yang ingin diatasi dan keterkaitan dengan aktivitas

Saat ini pers dan jurnalisme di Indonesia seolah dituntut untuk turut melebur dalam artian komunikasi yang ‘lebih luas’, hingga independensi kerap tergantikan oleh komersialisme, kepentingan pribadi atau golongan, juga perusahaan. Banyak sekali kepentingan yang menyaru sebagai berita dan menghilangkan prinsip-prinsip yang harusnya melekat dalam diri sebuah berita/jurnalisme, yaitu Independensi.

Film ini adalah sebuah usaha untuk bersama membuat pancingan supaya bisa menciptakan situasi dimana harapan akan sebuah jurnalisme yang lebih baik di Indonesia, semoga bisa tercipta.

C. Keterkaitan pada kategori: Konten Lokal, Kemitraan, Strategi Kreatif, Aksi, dan Teknologi Tepat Guna

Aksi

Dalam bentuk film dokumenter, membuat sebuah media yang berbicara tentang kinerja media dan pers Indonesia.

Mensosialisasikannya melalui berbagai media (offline dan online) dan aneka jaringan. Menggagas berbagai kerjasama dengan pihak-pihak yang bekerja di bidang media dan pers untuk bersama memutar film dokumenter yang membahas isu media ini. Selain bisa jadi bahan diskusi, film dokumenter yang dibuat dengan harapan bisa menjadi bahan refleksi saat menontonnya ini, juga diharapkan mampu menjadi sarana bercermin bersama guna terciptanya kinerja pers dan media di Indonesia ke depan yang lebih baik.

Strategi Kreatif

Dengan mengolah berbagai sumber dan data audio visual serta aneka footage koran dan foto dari aneka media juga aneka masa yang berhubungan dengan bagaimana pers Indonesia bekerja dari waktu ke waktu (dengan penekanan pada masa 4 tahun lalu/januari 2008 dimana soeharto kritis sampai dengan meninggal, dan saat ini/4 tahun kemudian saat era digital telah betul-betul menjadi tuan di era pers kita kini), akan dibuat suatu gambaran cerita visual yang diharapkan cukup menarik, penuh emosi, dan bisa bercerita tentang pers indonesia secara utuh (meski tidak menyuluruh). Membawa keluar apa yang sebenarnya menjadi permasalahan yang dihadapi pers di masa lalu, dan apa pula yang harus dipersiapkan di masa mendatang supaya kegagalan jurnalisme dalam berpihak pada kebenaran semakin bisa dihindarkan dan spirit independensi bisa tumbuh di dada para jurnalis generasi masa kini.

Semua cerita yang digambarkan dalam film dokumenter ini, akan didukung dengan grafis yang menarik, dan struktur cerita yang diharapkan bisa menggugah dan menginspirasi

D. Aktifitas dan keterkaitan pada sasaran

  • Kontribusi untuk sasaran A – Melalui scene-scene gambar yang tak dimanipulasi, memberikan gambaran tentang fakta-realita cara kerja pers di lapangan dalam melakukan peliputan. Cara kerja pers yang baik, ataupun yang buruk. Dengan begitu, diharapkan membuat media dan para pekerja pers mampu melakukan refleksi dan me-redefiniskan kembali apa arti media, jurnalisme, dan profesi mereka.

    Aktivitas:

    • Menggarap isu media dengan perencaan strategi pembuatan story yang kuat dan kreatif. Membuat desain produksi yang kuat sejak dari awal dengan membentuk tim untuk melakukan riset akurat serta mendalam tentang kinerja pers indonesia. Selain dari data gambar yang telah ada (yang telah diambil pada tahun 2008) dan yang akan diambil (melalui shooting dan produksi) kami juga berencana untuk mencari arsip dan footage serta stockshoot dari lembaga arsip dll, hingga penyusunan cerita dalam film tentang gambaran fakta realita cara kerja pers di lapangan dalam melakukan peliputan (kinerja pers yang baik ataupun yang buruk) menjadi kredibel dan akurat.

    • Melakukan pemutaran film/ Roadhsow di tempat atau aliansi dimana para jurnalis bernaung, (lampiran di bawah)

    • Forum diskusi

  • Kontribusi untuk sasaran B – Secara spisifik melakukan perbandingan kinerja pers 4 tahun yang lalu – melalui peristiwa krisis soeharto pada Januari 2008 dimana era social network belum populer, dengan kinerja pers kini di era digital yang semakin penuh tantangan. Adakah perubahan? Ke arah yang positif atau justru lebih ke arah kehancuran pers kita? Membuat perbandingan konperenhensif kinerja pers Indonesia aneka jaman dan pergulatan permasalahan media di dalamnya, termasuk tentang bagaimana awal mula munculnya infotainment yang keberadaannya sampai sekarang masih menjadi kontroversi. Bagaimana pula posisi pers di antara banyaknya portal online independen dan berita yang dibuat oleh para citizen journalist yang bersungguh-sungguh ingin memberikan pelaporan yang baik, jujur dan akurat kepada sesama warga.

    Aktifitas:

    • Dalam produksi dan pembuatan alur cerita dalam film, diperlihatkan perbedaan yang terjadi antara bagaimana pers bekerja pada saat itu, serta bagaimana pers bekerja pada jaman kini yang tengah bergulat menghadapi era digital.

    • Melalui riset mendalam tentang aneka berita tentang berita jaman lalu di perpusnas, mencari arsip stockshoot gambar yang berkenaan dengan bagaimana media jaman dulu bekerja, dan dibandingkan dengan keaad sekarang serta bagaimana kemungkinan ke depannya, di mana pernah dikatakan bahwa era kertas di koran akan segera berakhir.

  • Kontribusi untuk sasaran C - Mempertanyakan etika media, juga prinsip-prinsip utama jurnalisme di era digital yang kerap dikesampingkan dalam pemberitaan demi untuk persaingan dalam kecepatan dan komersialisme. Dimanakah akurasi dan verifikasi? kenapa rating begitu penting?

    Aktivitas:

    • Dalam produksi, akan mengikuti seorang pekerja media yang bergerak di media online, mengikuti pekerja pers yang bekerja di media tv dan juga media radio. Melalui karakter-karakter tersebut kita akan dibawa dalam story yang lebih konperensif yang berbicara tentang isu media yang juga melibatkan emosi. Dari situ, para mahasiswa bisa belajar bagaimana sebuah berita diproduksi dan sebagai penonton mereka akan melihat bagaimana alur pembuatan sebuah berita hingga berita tersebut terhidang dan sampai ke khalayak sebagai konsumen informasi.

    • Melakukan pemutaran film di kampus-kampus/ Roadshow * (lampiran di bawah) Membuat Forum diskusi mahasiswa dan mengajak mereka terus membicarakan hal ini supaya permasalahan tersebut tampak ‘ada’ dan sedang terjadi.

  • Kontribusi untuk sasaran D - Memberi alternatif isu dan cerita bagi para pecinta film dokumenter dengan memunculkan cerita tentang kinerja media dan para pekerja pers di Indonesia. Diharapkan .

    Aktivitas:

    • Melakukan pemutaran film di Komunitas-komunitas Film/ Roadshow * (lampiran di bawah)

    • Membuat Forum diskusi dan Q&A, serta share tentang cerita-cerita behind the scene.

  • Kontribusi untuk sasaran E – Film ini bermaksud untuk menampilkan permasalahan-permasalahan pers dan kinerjanya, ke publik. Dipertontonkan kepada para mahasiswa dan pekerja media serta para peneliti, juga mereka yang konsern terhadap isu media serta publik yang lebih luas guna menstimulus diskusi dan menumbuhkan awareness berbagai pihak akan kebutuhan terhadap pers yang berpihak pada kebenaran dan rakyat.

    Aktifitas:

    • Mengupload di internet dan men-share nya untuk bisa dilihat dan diunduh serta digunakan semaksimal mungkin untuk membuat media dan kinerja pers yang lebih baik di indonesia.

E.Latar belakang dan demografi pelaku proyek

Pemimpin Proyek yang berkenaan dengan kreatif dan produksi: Ucu Agustin, perempuan dengan pengalaman berorganisasi selama 12 tahun, berpengalaman sebagai penulis selama 12 tahun, bekerja di bidang media sebagai wartawan profesional selama 5 tahun, berpengalaman dengan media audio visual khususnya dokumenter selama 6 tahun, berumur 35 dan berasal dari kelas menengah. Secara kreatif akan mengepalai tim produksi dan Staf lainnya berjumlah total 15 orang, laki-laki dan perempuan, berasal dari kelas menengah, berfungsi sebagai konsultan, co-producer, line producer, tim administrasi, cameraman, sound man, editor (online dan offline) desainer grafis, ilustrator music, sound desainer dan tim publicist.

Pemimpin proyek yang berkenaan dengan pekerjaan publikasi dan distribusi: Ursula Tumiwa, Perempuan, berpengalaman di bidang film dan distribusi alternatif selama 5 tahun. Bekerja di bidang media, memiliki production house dan telah bekerja bersama para filmmaker muda indonesia, berasal dari kelas menengah. Bertanggungjawab untuk pekerjaan administrasi, sensor, pengurusan kontrak dan royalti dengan para pihak, distribusi, perijinan lokasi pemutaran, bekerjasama dengan kampus-kampus dan komunitas serta hubungan komunikasi dengan media. Akan mengepalai mengepalai tim produksi dan staf lainnya berjumlah total 15 orang, laki-laki dan perempuan, berasal dari kelas menengah, berfungsi sebagai konsultan, co-producer, line producer, tim administrasi, cameraman, sound man, editor (online dan offline) desainer grafis, ilustrator music, sound desainer dan tim publicist.

F. Demografik kelompok target

Pekerja pers, Media, Lembaga-lembaga studi yang berkenaan dengan pers, kampus-kampus – terutama yang memiliki fakultas komunikasi jurusan jurnalistik, para penggiat dan komunitas film serta festival film [nasional dan internasional], dan terbuka untuk siapa saja yang mau mengetahui pers indonesia (dalam dan luar negeri) karena rencananya akan di share di portal2 media dan thread jalur distribusi online juga crowd sourcing seperti Engage Media – Youtube – Vimeo.

G. Hasil yang diharapkan dan indikator keberhasilan

Media dan pers sebagai pihak yang selama ini selalu menjadi dan menganggap diri paling kritis terhadap banyak hal dan kebijakan, diharapakan tidak alergi saat melihat ada pihak yang juga mengkritisi atau mempertanyakan cara kerja mereka. Upaya yang dilakukan oleh tim pembuat film dokumenter ini adalah upaya seorang teman yang ingin mengajak temannya untuk bersama berdiam sebentar dan memandang kembali dari perjalanan yang sudah terjadi, arti jurnalisme dan arti profesi jurnalist dalam kacamata pandang yang lebih lebar.

Jadi, salah satu indikator keberhasilannya adalah ketika para jurnalis terusik, mau berdiskusi, membicarakan serta membahas juga memutar film ini sebanyak mungkin. Inilah salah satu tanda bahwa film dokumenter ini berhasil dan bisa diterima. Dijadikannya film ini sebagai materi untuk workshop yang dilakukan oleh lembaga seperti AJI, ISAI, LSPP juga respon dari kampus dan mahasiswa yang berminat untuk memutar, tentu merupakan indikator yang menunjukkan keberhasilan project film dokumenter ini.

H. Keterkaitan proyek dengan perbaikan media dan keadilan sosial

Perbaikan media

Andai film ini bisa diterima, sudah dipastikan bahwa harapan untuk perbaikan media dan jurnalisme di Indonesia ke depan pasti akan terjadi. kemauan media untuk mendengar adalah harapan untuk terciptanya insan-insan pers dan lembaga-lembaga pers yang lebih berpihak pada rakyat, hati nurani dan kebenaran.

Keadilan sosial

Pers yang memihak pada rakyat dengan menerapkan prinsip jurnalisme yang profesional adalah pers yang akan membantu terbangunnya budaya demokrasi. Dalam suasana demokrasi yang baik dan terjaga, prinsip keadilan sosial akan sangat mudah tumbuh dan dinikmati oleh lebih banyak orang.

I. Durasi waktu aktifitas dilaksanakan:

Januari 2012 – Desember 2012 (12 bulan)

J. Total kebutuhan dana untuk melakukan aktifitas:

Rp. 800. 475.000,-

K. Dana yang diminta dari Ford Foundation melalui Cipta Media Bersama:

Rp. 750.000.000,-

L. Sumber dana lainnya (bila ada):

Gambar Bergerak

Rp. 20.250.000,-

M. Kontribusi organisasi:

Rp. 30.225.000,-

N. Kontribusi dari kelompok target:

Akan diusahakan untuk mencari kembali foto, stockshoot video dan segala dokumentasi yang berkenaan dengan peristiwa yang berhubungan dengan kinerja wartawan – yang dimiliki oleh teman-teman yang para pekerja media dan diharapkan, mereka bahkan akan bisa membantu menyumbangkan stockshoot dan footage tersebut dan juga turut mensosialisasikan project film dokumenter ini, baik ketika pembuatan maupun ketika film telah rampung dibuat.

Tags:



January 2012 | CC BY-SA 3.0